Friday, October 30, 2009

Kebiasaan yang Diulang

Di Tiongkok pada zaman dahulu kala, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian memanah yang tiada tandingannya. Suatu hari, sang panglima ingin memperlihatkan keahliannya memanah kepada rakyat. Lalu diperintahkan kepada prajurit bawahannya agar menyiapkan papan sasaran serta 100 buah anak panah.
Setelah semuanya siap, kemudian Sang Panglima memasuki lapangan dengan penuh percaya diri, lengkap dengan perangkat memanah di tangannya.

Panglima mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke arah sasaran. Rakyat bersorak sorai menyaksikan kehebatan anak panah yang melesat! Sungguh luar biasa! Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak panah tepat mengenai sasaran.

Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap, "Rakyatku, lihatlah panglimamu! Saat ini, keahlian memanahku tidak ada tandingannya. Bagaimana pendapat kalian?"

Di antara kata-kata pujian yang diucapkan oleh banyak orang, tiba-tiba seorang tua penjual minyak menyelutuk, "Panglima memang hebat ! Tetapi, itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih."

Sontak panglima dan seluruh yang hadir memandang dengan tercengang dan bertanya-tanya, apa maksud perkataan orang tua penjual minyak itu. Tukang minyak menjawab, "Tunggu sebentar!" Sambil beranjak dari tempatnya, dia mengambil sebuah uang koin Tiongkok kuno yang berlubang di tengahnya. Koin itu diletakkan di atas mulut botol guci minyak yang kosong. Dengan penuh keyakinan, si penjual minyak mengambil gayung penuh berisi minyak, dan kemudian menuangkan dari atas melalui lubang kecil di tengah koin tadi sampai botol guci terisi penuh. Hebatnya, tidak ada setetes pun minyak yang mengenai permukaan koin tersebut!

Panglima dan rakyat tercengang. Merela bersorak sorai menyaksikan demonstrasi keahlian si penjual minyak. Dengan penuh kerendahan hati, tukang minyak membungkukkan badan menghormat di hadapan panglima sambil mengucapkan kalimat bijaknya, "Itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih! Kebiasaan yang diulang terus menerus akan melahirkan keahlian."

Pendengar yang budiman,

Dari cerita tadi, kita bisa mengambil satu hikmah yaitu: betapa luar biasanya kekuatan kebiasaan. Habit is power!

Hasil dari kebiasaan yang terlatih dapat membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah dan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Demikian pula, untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan, kita membutuhkan karakter sukses. Dan karakter sukses hanya bisa dibentuk melalui kebiasaan-kebiasaan seperti berpikir positif, antusias, optimis, disiplin, integritas, tanggung jawab, & lain sebagainya.

Mari kita siap melatih, memelihara, dan mengembangkan kebiasaan berpikir sukses dan bermental sukses secara berkesinambungan. Sehingga, karakter sukses yang telah terbentuk akan membawa kita pada puncak kesuksesan di setiap perjuangan kehidupan kita.

Sekali lagi: Kebiasaan yang diulang terus menerus, akan melahirkan keahlian!

Salam sukses luar biasa!!

mario_teguh (dismbil dari mqcyber.com

Tuesday, May 5, 2009

Cycling for the Soul

Cycling for the soul yang dimaksud dalam tulisan ini adalah bagaimana bersepeda itu bisa dijadikan untuk obat menyejuk jiwa. Sebenarnya, judul itu akan saya jadikan judul buku-buku pencerahan berikutnya, setelah buku 99 Seni hidup produktif dan buku hidup untuk hidup. Kesempatan ini, akan membahas studi kasus tentang cycling for the soul terhadap aplikasi empat tipe manusia dalam kaitannya dengan posisioning kekayaan harta dan posisioning kekayaan hati.

Berbicara tentang posisioning kekayaan harta dan posisioning kekayaan hati, dibagi menjadi empat kwadran yaitu: (1) Kekayaan harta dan kekayaan hati; (2) Kekayaan harta dan kemiskinan hati; (3) Kemiskin harta dan kekayaan hati, serta (4) Kemiskinan harta dan kemiskinan hati.

Pertama, kekayaan harta dan kekayaan hati
Aplikasi dalam cycling for the soul, yaitu bersepeda untuk penyejut jiwa. Cirinya adalah dirinya kaya dan hatinya juga kaya, sehingga mudah berbagi, hidupnya selalu berkelimpahan.
Beberapa kali kami memandu bersepeda, diperjalanan ada yang menyapa sesama pesepeda, dan biasanya ada beberapa orang yang ingin ikut atau minta tolong untuk dicarikan jalur baru. Pernah, suatu hari ada seseorang yang ingin ikut rombongan kami, seperti biasa kalau ada yang ikut akan diberi gambaran tentang kondisi perjalanan yang akan dilalui. Orang ini, tetap ingin ikut, walaupun sudah diberi gambaran tentang sulitnya perjalanan. Beliau sangat kaya raya, walaupun tidak menampakkan kekayaanya. Ditengah hutan, beliau kelaparan dan tidak membawa bekal yang mencukupi, sebab persiapan dari rumah memang bukan untuk bersepeda jauh. Seperti biasa, kegiatan bersepeda, selalu saling berbagi, walaupun sekedar nasi, sambal dan goreng ikan asin.
Karena beliau kelaparan, saya lihat sangat lahap makan pemberian dari beberapa bekal teman lain. Setelah selesai perjalan di sore hari, beliau mengajak semua rombongan untuk masuk restoran mewah. Beberapa teman, agak ragu, sebab tidak semua pesepeda, orang berkecukupan, namun beliau bilang; “Semua kami yang menanggung”. Bahkan sejak itu, beliau selalu rajin membelikan beberapa peralatan sepeda ke berapa temen yang dilihatnya sudah tidak layak. Setelah kami bertandan kerumahnya, rupanya beliau memang sangat kaya raya dan kaya hati kepada siapapun. Suatu ketika saya Tanya tentang pengalaman makan nasi ditengah hutan, dengan lauk ekor ikan asin yang kecil, dengan meneteskan air mata beliau bilang:”Itu pengalaman makanan paling enak, selama hidup saya”. Kemudian beliau melanjutkan:”Waktu itu, ditas saya ada cek jutaan dan uang cast juga jutaan, tapi tidak ada artinya”.

Kedua, Kekayaan harta dan kemiskinan hati,
Aplikasi dalam cycling for the soul, yaitu bersepeda untuk penyejut jiwa. Cirinya adalah dirinya kaya namun inginnya selalu diberi, hidupnya selalu merasa kekurangan, walaupun harta berlimpah.
Pada suatu malam, saya mendapat telepon seseorang, intinya minta tolong menemani survey keesokan harinya, sebab beliau akan membawa rombongan. Sebenarnya, bukan jadwal kami bersepeda, sebab dua hari sebelumnya sudah memandu rombongan lain dan dua hari berikutnya juga diminta memandu rombongan lain. Karena ini survey jalur, maka sayapun dengan senang hati bersedia untuk mengantar. Maka jalur yang kami tempuh adalah mengayuh ke Kawah Ratu, Kawah Tangkuban Parahu, Pakadul, Down Hill Cikole satu, Down Hill Cikole dua, Jaya Giri dua, Lembang, Survey Tempat makan, Bosca, Eldorado, Pondok Hijau dan seterusnya sampai kami berpisah.
Ini adalah survey jalur paling komplit yang pernah saya lakukan dan disetiap perjalanan kami mengambil gambar untuk laporan survey. Namun ada satu hal yang paling mengejutkan adalah selama perjalanan yang harus meluangkan waktu sejak kami berangkat dari rumah jam 06.00 sampai jam 16.15 WIB tidak makan sama sekali. Hanya sekali minum ketika turunan jaya giri dua yaitu satu gelas teh manis dan dua roti, sedang temen yang minta diantar survey juga minum satu gelas teh manis dan dua coklat.
Namun ketika mau membayar, karena uang kami tidak ada yang receh, kebetulan yang receh tertinggal, dan malu sekaligus takut menyulitkan pemilik warung kecil itu, maka dengan terpaksa saya minta tolong beliau untuk membayar. Karena kami sedikit memahami ilmu prilaku manusia, saya amati, untuk membayar hanya dua ribu lima ratus rupiah saja, kelihatan keberatan. Bahkan ketika survey rumah makan, tidak makan padahal jam makan siang sudah sedikit telat, saya sampai malu hati. Sebenarnya memang, tidak ada aturan tertulis, untuk menanggung konsumsi perjalanan terhadap pengantar survey, namun secara etika, seseorang sudah meluangkan waktu dari pagi sampai pukul 16.15 WIB tanpa disuply makanan, merupakan ketidak wajaran yang paling tidak wajar. Padahal orang yang minta tolong ini secara ekonomi sangat berkecukupan dan bahkan pendidikannya saja S-2 dibidang bisnis.

Ketiga, kemiskinan harta dan kekayaan hati
Aplikasi dalam cycling for the soul, yaitu bersepeda untuk penyejuk jiwa, cirinya adalah dirinya tidak kaya harta namun selalu ingin berbagi, walaupun tidak selalu harta dalam bentuk uang, tapi harta pengetahuan, tenaga dan lain sebagainya.
Berkali-kali diperjalanan bersepeda, kami berjumpa dengan pesepeda lainnya dan biasanya ada yang ingin ikut perjalanan yang mereka belum pernah tahu jalan itu, atau mereka memang ingin mencari jalan baru untuk survey membawa rombongan. Kelompok ini, memang tidak kaya secara materi, namun harga dirinya luar biasa mengagumkan. Karena sadar bahwa dirinya tidak banyak uang dan agar bisa menghemat, biasanya membawa bekal, agar diperjalanan tidak mengeluarkan uang lagi.
Bahkan pernah suatu ketika, seseorang minta ditemani untuk jalur baru, ketika makan siang beliau mengeluarkan nasi bungkus dengan lauk seadanya, kemudian berbagi makanan itu. Beliau juga ringan tangan, kalau ada temen-temennya yang tidak kuat tanjakan atau takut turunan. Bahkan ketika ada yang rusak diperjalanan, beliau sangat sigap membantunya sampai selesai. Ketika ada yang jatuh dan terluka atau terkilir, beliau langsung turun tangan membantunya. Suatu ketika, kami berjumpa lagi dengan orang ini, luar biasa, beliau membawa dua pisang khusus untuk oleh-oleh sambil mengatakan ini pisang hasil tanam sendiri di belakang rumah.

Keempat, Kemiskinan harta kemiskinan hati
Aplikasi dalam cycling for the soul, yaitu bersepeda untuk penyejuk jiwa, cirinya adalah sudah miskin dan selalu memiskinkan dirinya dengan cara ingin selalu diberi tanpa mau memberi bahkan memberikan tenaganya saja tidak mau. Sudah miskin, semakin miskin, dan memiskinkan orang lain.
Pernah punya pengalaman sangat menyebalkan, tetep ngotot pingin ikut sambil tanpa perbekalan sehingga membebani teman-teman lainnya. Kalau dikasih tahu cara menghadapi tanjakan, sadel harus ditinggikan agar lebih ringan dan kalau turunan tajam sadel diturunkan agar tidak terjungkal selalu saja membantah. Sehingga tanjakan tidak kuat sambil ngomel-ngomel dan kalau turunan sering terjungkal dan juga ngomel-ngomel. Sehingga perjalanan yang seharus biasa ditempuh setengah hari, hanya gara-gara satu orang ini perjalanan harus ditempuh sampai pukul lima sore.
Sebenarnya, tidak ada masalah tetep ingin ikut, walaupun tidak kuat tanjakan dan takut turunan, Cuma masalahnya adalah jangan menggerutu terus dan tidak membawa bekal sama sekali.

Sahabat CyberMQ
Hidup adalah pilihan, tentunya kita ingin menjadi orang yang kaya harta dan kaya hati, agar hidup bermanfaat bagi banyak orang. Namun kalau tetep tidak bisa kaya harta dan kaya hati, minimal kita harus punya harga diri dan berusaha sungguh-sungguh untuk mengambil posisi ketiga yaitu tidak terlalu kaya harta namun tetap kaya hati. Sebab posisioning kita yang kebetulan tidak terlalu kaya harta walaupun sudah bekerja sungguh-sungguh dan tetap berusaha kaya hati, biasanya setiap perlu selalu ada dari sumber yang tidak pernah diduga.
Jangan sampai hidup kita mengambil posisi kaya harta namun miskin hati, sebab posisi ini biasanya harta semakin berlimpah dan permasalahan hidup juga semakin banyak, namanya kaya yang disempitkan, sehingga menjadi tidak tentram. Begitupun, kita harus sungguh-sungguh menghidarkan diri menjadi orang-orang yang miskin harta dan miskin hati. Sudah hartanya berkekurangan, kehidupannya disempitkan oleh prilakunya sendiri. Kalau ini, namanya sudah jatuh tertimpa tangga, tangganya ada paku karatan. Sehingga mati kena racun paku dan kepala benjol. Namanya mati nggak keren. Sengsara harta dan sengsara hati.

Berani mengambil hikmah hidup Cycling for the soul !!! Bagaimana pendapat sahabat ???

Setiap Insan adalah Spesial...

Alkisah, disebuah kelas sekolah dasar, bu guru memulai pelajaran dengan topik bahasan, "Setiap insan adalah spesial". Kehadiran manusia di dunia ini begitu berarti dan penting. "Anak-anakku, kalian, setiap anak adalah penting dan spesial bagi ibu. Semua guru menyayangi dan mengajar kalian karena kalian adalah pribadi yang penting dan spesial. Hari ini ibu khusus membawa stiker bertuliskan warna merah "Aku adalah spesial". Kalian maju satu persatu, ibu akan menempelkan stiker ini di dada sebelah kiri kalian". Dengan tertib anak-anak maju satu persatu untuk menerima stiker dan sebuah kecupan sayang dari bu guru mereka. Setelah selesai, bu guru melanjutkan "Ibu beri kalian masing-masing tambahan 4 stiker. Beri dan tempelkan 1 kepada orang yang kalian anggap spesial, sebagai ungkapan rasa hormat dan terima kasih dan kemudian serahkan 3 stiker lainnya untuk diteruskan kepada orang yang dirasa spesial pula olehnya, begitu seterusnya. Mengerti kan.......".
Sepulang sekolah, seorang murid pria mendatangi sebuah kantor, diapun memberikan stikernya kepada seorang manajer di sana. "Pak, bapak adalah orang yang spesial buat saya. Karena nasehat-nasehatpak berikan, sekarang saya telah menjadi pelajar yang lebih baik dan bertanggung jawab. Ini ada 3 stiker yang sama, bapak bisa melakukan hal yang sama, memberikannya kepada siapapun yang menurut bapak pantas menerimanya".

Lewat beberapa hari, manajer tersebut menemui pimpinan perusahaannya yang emosional dan sulit untuk didekati. Tetapi mempunyai pengetahuan yang luas dan telah memberi banyak pelajaran hingga dia bisa menjadi seperti hari ini. Awalnya sang pemimpin terkesima, namun setelah mengetahui alasan pemberian stiker itu, dia pun menerimanya dengan haru. Sambil mengangsurkan si manajer berkata,"Ini ada 1 stiker yang tersisa. Bapak bisa melakukan yang sama kepada siapapun yang pantas menerima rasa sayang dari bapak". Sesampai di rumah, bergegas ditemui putra tunggalnya. "Anakku, selama ini ayah tidak banyak memberi perhatian kepadamu, meluangkan waktu untuk menemanimu. Maafkan ayahmu yang sering kali marah-marah karena hal-hal sepele yang telah kamu lakukan dan ayah anggap salah. Malam ini, ayah ingin memberi stiker ini dan memberitahu kepadamu bahwa bagi ayah, selain ibumu, kamu adalah yang terpenting dalam hidup ayah. Ayah sayang kepadamu". Setelah kaget sesaat, si anak balas memeluk ayahnya sambil menangis sesenggukan. "Ayah, sebenarnya aku telah berencana telah bunuh diri. Aku merasa hidupku tidak berarti bagi siapapun dan ayah tidak pernah menyayangiku. Terima kasih ayah". Mereka pun berpelukan dalam syukur dan haru serta berjanji untuk saling memperbaiki diri.

Pembaca yang luar biasa,
Kehidupan layaknya seperti pantulan sebuah cermin. Dia akan bereaksi yang sama seperti yang kita lakukan. Begitu pentingnya bisa menghargai dan menempatkan orang lain di tempat yang semestinya. memuji orang lain dengan tulus juga merupakan ilmu hidup yang sehat, bahkan sering kali pujian yang diberikan disaat yang tepat akan memotivasi orang yang dipuji, membuat mereka bertambah maju dan berkembang, dan hubungan diantara kitapun akan semakin harmonis, mari kita mulai dari diri kita sendiri, belajar memberi pujian, menghormati dan memperhatikan orang lain dengan tulus dengan demikian kehidupan kita pasti penuh gairah, damai dan mengembirakan.


Salam sukses luar biasa!

Andrie Wongso

Mimpi dan Berjuang!

Dikisahkan, pada tahun 1867, hiduplah seorang ahli teknik kelahiran Jerman bernama John Augustus Roebling. Ia bermimpi membangun sebuah jembatan yang menghubungkan Kota New York dan Long Island. Impian John tidak mendapat dukungan bahkan ditertawakan oleh banyak temannya. Mereka mengganggap proyek itu adalah ide yang paling gila dan impossible di zaman itu. Maka, John pun hanya bisa berbagi impian dengan anaknya, Washington Roebling. Washington juga seorang ahli teknik. Ayah dan anak itu berjuang bersama untuk mewujudkan impian itu.

Ketika proyek itu baru berjalan beberapa bulan, terjadi kecelakaan yang fatal. Sayangnya, karena pertolongan yang terlambat, John Roebling tidak bisa diselamatkan. Sedangkan Washington, walaupun nyawanya selamat, tetapi mengalami cedera parah pada kepalanya yang mempengaruhi motoriknya. Washington menjadi lumpuh dan tidak mampu berbicara. Namun demikian, impaian ayahnya tentang jembatan tidak pernah padam dalam pikirannya.

Suatu hari, saat Washington terbaring tidak berdaya di tempat tidurnya, ia melihat cahaya matahari melewati jendela kamarnya, menyilaukan dan menyakitkan mata. Segera ditutupnya kelopak matanya, dan saat itu pula, seakan Tuhan berbicara dengan pertanda, tiba-tiba muncullah sebuah kesadaran, "Hari ini aku masih bisa menikmati indahnya kilau mentari, artinya, Tuhan masih memberiku waktu untuk berbuat. Dan aku sadar, aku tidak boleh menyerah!" Dengan sekuat tenaga ia berkonsentrasi penuh dan berusaha untuk menggerakkan satu jarinya. Usaha yang dilakukan berulang-ulang dengan semangat dan konsentrasi penuh, ternyata tidak sia-sia. Dia berhasil menggerakkan jarinya! Perlahan-lahan, Washington mampu membuat kode untuk berkomunikasi dengan istrinya, Emily, melalui satu jari itu.

Walaupun begitu perlahan pada awalnya, dengan cara seperti itulah, Washington memberi petunjuk kepada Emily untuk melanjutkan pembuatan jembatan. Semua instruksi diberikan kepada Emily dan kemudian disampaikan lebih lanjut kepada para pekerjanya yang setia membantu mewujudkan impiannya. Begitu berulang-ulang. Mereka melalui berbagai kendala yang tidak sedikit jumlahnya. Butuh waktu panjang untuk berjuang dengan semua sisa kekuatan dan ketegarannya, dan butuh waktu selama 13 tahun untuk mewujudkan impiannya. Akhirnya, pada tahun 1883, Jembatan Brooklyn (Brooklyn Bridge) berdiri megah di Kota New York, Amerika Serikat.

Teman-teman yang luar biasa,
Cerita di atas merupakan sebuah contoh bahwa pikiran positif dan perjuangan nyata mampu memegang erat mimpi dan bisa mewujudkan apa yang sekiranya tidak mungkin menjadi mungkin!
Betapa luar biasanya kekuatan pikiran manusia! Pikiran manusia bisa membuat hidup menjadi sengsara atau bahagia, gagal atau sukses, biasa-biasa saja atau luar biasa. Kalau kita mengikuti pikiran yang negatif, maka kehidupan kita isinya akan negatif pula - hidup penuh kecemasan, pasif, ketakutan dan kekurangan. Namun jika kita mampu mengembangkan pikiran yang positif, optimis, dan senantiasa berpengharapan yang positif, serta punya komitmen tinggi dalam mewujudkan segala impiannya, maka kita akan hidup penuh gairah, syukur, gembira, sukses, dan bahagia... setiap hari.

Mari kita pilih hidup dengan pola pikir yang positif. Kita pilih hidup dengan aktivitas yang positif. Dan kita pilih agar kualitas kita hidup berguna bagi kita dan bagi banyak orang...!
Demikian dari saya, Andrie Wongso, action and wisdom motivation training.
Success is my right! Salam sukses luar biasa!

Monday, May 4, 2009

Loving your love to the fullest as there will be no tomorrow

Manakah yang paling penting antara Kuantitas dan Kualitas? Dalam banyak hal keduanya diharapkan dalam porsi yang sama dan seimbang. Tapi dalam perjalanan kehidupan sangat sering kita dihadapkan pada fakta bahwa kita harus memilih dari antara keduanya.

Joe dan Angela bertemu secara tak sengaja di sebuah karnaval tahunan yang diadakan setiap liburan musim panas dikota tempat kelahiran Angela. Perkenalan yang berlanjut pada temu makan malam dan kebersamaan yang penuh tawa dan bahagia seakan segalanya akan berlangsung selamanya. Banyak hal yang mereka alami dalam kebersamaan mereka. Hal-hal indah yang menyatukan hati dan pandangan mereka.

Dua hari sebelum liburan musim panas berakhir Angela jatuh sakit. Dokter memberikan memberikan obat penghilang rasa sakit karena tak ada lagi yang dapat dilakukan untuk memerangi kanker yang menggerogoti Angela dari dalam. Satu hal yang tak diketahui Joe bahwa itu adalah liburan musim panas terakhir bagi Angela sebelum batas waktu secara medis itu tiba.

Malam itu adalah malam terakhir liburan musim panas dan malam terakhir bagi Angela. Angela terbaring ditempat tidurnya yang serba putih dengan tangan yang menggenggam lembut tangan Joe. Tak ada airmata antara mereka karena senyum yang memiliki waktu mereka. Tatapan mata saja sudah cukup bagi mereka untuk berbagi cerita tentang apa yang ada dihati mereka masing-masing.

Lirih Joe berkata, “Mengapa kebersamaan ini tak abadi?” Dengan senyum manis Angela berkata, “Jangan melihat seberapa lama kebersamaan kita namun ingatlah tentang kebersamaan kita. Walau hanya sesaat namun itu adalah saat terbaik yang pernah aku miliki dalam hidupku. Bukan berapa lama kita bersama tapi keindahan dan kebahagian bersamamu adalah harta karun bagiku. Walau hanya sesaat bersamamu namun itulah kebahagiaan terindah seumur hidupku”.

Mengukur kebahagian bukan dari berapa lama kita menikmati kebahagian itu. Mengukur cinta bukan berapa lama kita menjalani waktu percintaan dengan orang yang kita cintai.

Kita takkan pernah lupa akan keindahan bunga yang mekar dimusim semi namun adakah bunga itu tetap dapat kita lihat sekarang? Atau pernahkah kita lupa pada keindahan kemilau embun pagi kala matahari pagi bersinar padahal ia sirna saat matahari meninggi?

Kebahagiaan sejati tak datang dari berapa lama sesuatu itu berjalan namun lebih kepada berapa berartinya waktu itu dijalani. Mungkin hanya sesaat seperti pendeknya waktu mekarnya bunga. Mungkin hanya sekejap seperti kehadiran embun yang cemerlangi pagi. Namun jika itu memberi arti di hati maka itu akan abadi.

Mencintailah dengan sepenuh hati saat ini karena mungkin besok kau takkan bisa bersama lagi dengan orang yang kau cintai. Mungkin tiada yang abadi namun cinta dan kenangannya adalah abadi.

Seperti kata mereka “Live your life to the fullest”, jadi mengapa tidak “Loving your love to the fullest as there will be no tomorrow”.

Tuesday, April 28, 2009

Kehidupan itu seperti Bawang Bombay

Sebuah kado bagi yang telah menikah:
Semoga mensyukuri kehidupan pernikahan

Menjelang istirahat suatu kursus pelatihan, sang pengajar mengajak para peserta untuk melakukan suatu permainan. “Siapakah orang yang paling penting dalam hidup Anda?”

Pengajar meminta bantuan seorang peserta maju ke depan kelas. ” Silakan tulis 20 nama yang paling dekat dengan kehidupan Anda saat ini”. Peserta perempuan itu pun menuliskan 20 nama di papan tulis. Ada nama tetangga, teman sekantor, saudara, orang-orang terkasih dan lainnya.

Kemudian pengajar itu menyilakan memilih, dengan mencoret satu nama yang dianggap tidak penting. Lalu siswi itu mencoret satu nama, tetangganya. Selanjutnya pengajar itu menyilakan lagi siswinya mencoret satu nama yang tersisa, dan siswi itu pun melakukannya, sekarang ia mencoret nama teman sekantornya. Begitu seterusnya.

Sampai pada akhirnya di papan tulis hanya tersisa 3 nama. Nama orang tuanya, nama suami serta nama anaknya.

Di dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi. Semua peserta pelatihan mengalihkan pandangan ke pengajar. Menebak-nebak apa yang selanjutnya akan dikatakan oleh pengajar itu. Ataukah, selesai sudah tak ada lagi yang harus di pilih.

Namun dikeheningan kelas sang pengajar berkata :

“Coret satu lagi !!”

Dengan perlahan dan agak ragu siswi itu mengambil spidol dan mencoret satu nama. Nama orang tuanya.

“Silakan coret satu lagi !”

Tampak siswi itu larut dalam permainan ini. Ia gelisah. Ia mengangkat spidolnya tinggi - tinggi dan mencoret nama yang teratas dia tulis sebelumnya. Nama anaknya.

Seketika itupun pecah isak tangis di kelas. Setelah suasana sedikit tenang, pengajar itu lalu bertanya :

“Orang terkasih Anda bukan orang tua dan anak Anda? Orang tua yang melahirkan dan membesarkan Anda. Anda yang melahirkan anak. Sedang suami bisa dicari lagi. Mengapa Anda memilih sosok suami sebagai orang yang paling penting dan sulit dipisahkan?”

Semua mata tertuju pada siswi yang masih berada di depan kelas. Menunggu apa yang hendak dikatakannya.

”Waktu akan berlalu, orang tua akan pergi meninggalkan saya. Anakpun demikian. Jika ia telah dewasa dan menikah, ia akan meninggalkan saya juga. Yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya”.