Thursday, October 16, 2008

Ayat-ayat Cinta, Tersebar Luas di Kehidupan Kita...

Cinta adalah kekuatan…

yang mampu,

mengubah duri jadi mawar,

mengubah cuka jadi anggur,

mengubah malang jadi untung,

mengubah sedih jadi riang,

mengubah setan jadi nabi,

mengubah iblis jadi malaikat,

mengubah sakit jadi sehat,

mengubah kikir jadi dermawan,

mengubah kandang jadi taman,

mengubah penjara jadi istana,

mengubah amarah jadi ramah,

mengubah musibah jadi muhibah…

itulah CINTA!

Puisi Rumi dalam Masnawinya

Novel Ketika Cinta Bertasbih-Habiburrahman El Shirozy

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bila beragama adl bagian dari cinta… atau justru cinta adl bagian dari agama, maka jiwa-jiwa ini tak kan pernah hidup jika tanpa cinta. Maka kami pun mjd semakin yakin bahwa cinta adl kebutuhan yg lebih pokok dari apapun juga, terutama kecintaan terhadap setiap makna kehidupan…

Kami ingin hidup ini dihiasi dg cinta, tetapi bukan cinta yg tanpa makna, bukan pula cinta rendahan… kami ingin jiwa-jiwa ini diakhlaki dg cinta sejati… cinta yg didasari kecintaan kepada Yang Mahamencintai…Allahu Robbil’Izzati…

Maka sejatinya, kajian pekanan yg kami laksanakan adl bagian dari pembelajaran utk menghadirkan cinta yg hakiki dlm ucapan, perilaku dan kepribadian kami… insya Allah...

Saudaraku yg dirahmati Allah, liqo’ tadi malam (24 April 2008) dilaksanakan di kontrakannya akhi Bisma di Kampung Kandang dlm suasana yg ceria dan penuh cinta…

Hadir dlm liqo’ ini akhi-akhi kita :

- Ari Susanto

- Iwan Erik

- Slamet Turseno

- Iman Sadesmesli

- Erfan Dany

- Nurman

- Bisma

- Aldi (PKL)

- Billy (PKL)

- Bagus (PKL)

- Isa (???)

Yup, ta’aruf sebentar yah, aku perkenalkan satu lagi ikhwan (cowok) yang baru gabung di liqo’ kita. Akhi kita ini punya nama lengkap Isa Seyawan Ramdhani, biasa dipanggil Isa. Beliau ini putranya Bapak Sugeng Prijadi, Kabag Umum Bakos…

Oh ya, mas Tommy kemana atuh, tadi malam gak hadir… and gak ada kabar beritanya… teman2 pd khawatir and sangat cemas loh…

…. Yang lain-lain, kite-kite tetep tunggu juga loh…!

Ocre, seperti biasa acara dimulai sekitar jam delapan malam.

Untuk liqo’ kali ini, yang bertugas sebagai moderator adalah akhi Iman Sadesmesli…

Moderator memulai majelis dengan mengucap hamdalah kepada Allah SWT, shalawat kepada Rasul_Nya dan mengajak kita semua untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita…

“…Mangga kito tansah nyaosaken raos syukur kito dhumateng Allah SWT kanthi anglampahi sedaya perintahipun lan nebihi sedaya awisan-awisanipun. Insya Allah, Allah SWT badhe nambahi nikmatipun datheng kito sedaya…Kito wajib syukur bilih Allah SWT taksih pitados datheng kito, taksih maringi kesempatan datheng kito lan taksih paring kekiatan datheng kito, sehinggo peparing-peparing meniko mangga kito gina aken kangge ngalap kamulyan wonten gesang ing ngalam dunya dumugi akhiratipun…” Demikian kurang lebih kalimat pembuka yang disampaikan oleh akhi Iman S selaku moderator…

Acara pertama adalah tilawah Al Qur’an yg masing2 peserta membaca setengah halaman dari Al Qur’an ‘standar timur tengah’

Yg lainnya menyimak dg seksama dan membetulkan jika ada bacaan yg kurang pas tajwidnya… acara tilawah ditutup dg sedikit pemahaman ttg tajwid.

Acara selanjutnya yakni mengkaji kitab kuning… malam ini pembacaan kitab hadits diamanahkan kepada akhi Iwan Erik,

Inilah petikan hadits yg disampaikan dg mengharu biru oleh beliau, diambilkan dari kitab berjudul Bulughul Maram Bab Thaharah Hadits no. 20 dan 21 karya Ibnu Hajar Al ‘Asqolani.

“… Dari Ibnu Abbas, ia berkata : telah bersabda Nabi SAW, “ Jika kulit telah disamak, maka sucilah ia” HR. Muslim

“…Dari Salamah bin Muhabbiq, ia berkata : telah bersabda Rasulullah SAW, “ Samaknya kulit bangkai itu menjadikan sucinya…”

Ket :

Kulit dari binatang yg telah mati itu masih bias dipakai and dimanfaatkan setelah melalui proses yg dinamakan penyamakan. Melalui beberapa tahapan dari pengolesan ramuan (biasanya garam, atau semacamnya) lalu dikeringkan… kulit binatang tadi bias dipakai utk berbagai macam barang kebutuhan seperti tas, bedug, sabuk, sepatu and lainnya. Bahkan di beberapa kampung di Jawa, kulit bedug yg sdh sobek, biasanya banyak dicari utk dijadikan kerupuk atau makanan tertentu… secara hukum memang boleh dan halal, meski sebagian beranggapan tidak thoyib (baik).

Selanjutnya moderator meneruskan acara berikutnya, yakni kultum, kuliah tujuh menit… dan utk malam ini kultum akan disampaikan oleh seorang ustadz muda, ini adl penampilannya yg kedua di medan dakwah ini. Beliau adalah Fadhilatul Ustadz Akhunal Karim Erfan Dany Al Banyumasy.

Ustadz muda kita ini mengingatkan kita semua tentang kalimat “Insya Allah” Ada apa dg lafal ini? Ikuti uraiannya dg hati yg bening, kalau bisa, sebening embun pagi…

“INSYA ALLAH”

Kalimat terpopuler di kalangan umat Islam, setelah salam (assalamu'alaikum), adalah insya-Allah. Kalimat ini diucapkan saat seseorang ingin melakukan sesuatu atau berjanji.
''Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu 'sesungguhnya aku akan mengerjakan esok,' kecuali (dengan mengucapkan) insya Allah. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah 'mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.''
(QS Al-Kahfi: 23-24).

Secara literal, kalimat insya Allah berarti bila Allah menghendaki. Sayangnya, kalimat ini kerap disalahgunakan. Ada dua bentuk penyalahgunaan. Pertama, insya Allah dipakai untuk menunjukkan janji yang longgar dan komitmen yang rendah. Insya Allah hanya pengganti dari kalimat, 'tidak janji deh.' Ini keliru sebab nama Allah SWT dijadikan sebagai pembenaran atas kemalasan menepati janji.

Kedua, segala tindakan ditentukan oleh Allah (fatalisme). Artinya, manusia tidak memiliki ruang kebebasan untuk bertindak. Paham ini tidak tepat karena Allah menganugerahi manusia kebebasan berkehendak. Bagaimana seseorang mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan bila seluruh tindakannya ditentukan oleh Allah?

Sebenarnya, insya Allah memiliki falsafah yang mendalam. Pertama, dalam kalimat insya Allah tersimpan keyakinan yang kukuh, bahwa Allah SWT terlibat dan punya andil dalam segala tindak-tanduk manusia. Kesadaran akan kehadiran Allah SWT ini akan memupuk tumbuhnya moral yang luhur (akhlaq al-karimah).

Hanya orang-orang yang merasa dirinya senantiasa ditatap Ilahi saja yang akan mampu menjaga dari segala bentuk pelanggaran. Inilah yang disebut oleh Rasulullah SAW sebagai ihsan, yaitu, ''Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesunggguhnya Dia melihatmu.'' (HR Muslim).

Kedua, ekspresi kerendahhatian (tawadhu'). Seseorang yang memastikan diri bahwa besok akan bertindak sesuatu (sesungguhnya) terselip dalam relung jiwanya sifat kibr (sombong). Termasuk sikap, bahwa dirinya penentu segala sesuatu di masa depan tanpa ada peran Allah SWT. Seharusnya, orang yang berucap insya Allah adalah orang yang sadar bahwa Allah SWT selalu membimbing hamba-Nya.

Ketiga, perpaduan usaha dan penyerahan diri. Dalam kata insya Allah terkandung suatu ketidakpastian akan apa yang terjadi esok. Karenanya, keyakinan ini akan melahirkan motivasi, mempersiapkan secara sempurna hal-hal yang menciptakan kesuksesan dari yang direncanakan, serta memastikan apa yang akan terjadi seperti yang dikehendaki. (QS Al-Hasyr: 18).

Sumber : (M Subhi-Ibrahimi ,HIKMAH<>

Syukron jazakalloh kepada akhi Erfan atas taujihnya… semoga kita bisa mengambil hikmah dr apa yg beliau sampaikan…

Acara selanjutnya yakni materi inti yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Ing Khafid. Beliau menyampaikan ttg ‘Ilmu Allah. Bahasan beliau sangat dalam, and banyak hal2 baru yg kita dapatkan. Beliau jg sangat mengajak utk tadabbur thd hal2 yg sepertinya biasa ttp sejatinya sangat luar biasa… contoh ringan, kita mungkin jarang berpikir kenapa di bumi ini jika buah jatuh dari pohon, jatuhnya ke bawah bukan ke atas… subhanallah… bagi orang yg berakal, hal ini saja sdh bs menghantarkan pd keyakinan adanya factor illahiyah yg meliputinya

Selengkapnya, ikuti aja yach

“… Dalam asmaul husna, Allah swt. disebut sebagai Al ‘Alim (Yang Maha Mengetahui).

Bahwasanya ilmu Allah tidak terbatas. Dia mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi, yang dahulu, sekarang, ataupun besok, baik yang ghaib maupun yang nyata.

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi.”(QS. Al-Hajj: 70)

“Dialah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia. Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hasyr: 22)

Tak ada satupun yang tersembunyi bagi Allah swt. Sebutir biji di dalam gelap gulita bumi yang berlapis tetap diketahui Allah swt. “Di sisi-Nya segala anak kunci yang ghaib, tiadalah yang mengetahui kecuali Dia sendiri. Dia mengetahui apa-apa yang ada di daratan dan di lautan. Tiada gugur sehelai daun kayu pun, melainkan Dia mengetahuinya, dan tiada sebuah biji dalam gelap gulita bumi dan tiada pula benda yang basah dan yang kering, melainkan semuanya dalam Kitab yang terang.” (QS. Al-An’am: 59)

Ilmu Allah swt. maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi serta yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk manapun tak akan bisa menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja manusia tidak akan mampu. Tentang tubuhnya sendiri saja, tidak semuanya terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai manusia. Semakin didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak manusia masih merupakan hal yang teramat rumit untuk dikaji.

Belum lagi tentang astronomi. Berapa banyak bintang, galaksi di langit, berapa jauhnya, bagaimana cara mencapainya, proses terjadinya, apakah ada penghuninya, dan seterusnya. Jika kita menatap ke luar angkasa betapa kecil bumi ini bagaikan debu bahkan lebih kecil dari itu. Andaikan saja ada manusia yang menguasai planet bumi sebagai miliknya pribadi, maka di hadapan alam di ruang angkasa ini dia hanyalah memiliki debu tak berarti. Jika saja ada manusia menguasai bumi, dia hanya menguasai debu. Sementara kekuasaan, kerajaan Allah swt. tak akan tertandingi sedikitpun jua.

Allah swt. menggambarkan betapa kecil dan tak berdayanya manusia bila dibandingkan dengan ilmu Allah swt., dengan perumpamaan air laut bahkan tujuh lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat Allah swt., niscaya tidak akan habis-habisnya kalimat Allah tersebut dituliskan.

“Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.” (QS. Al Kahfi: 109)

“Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Luqman: 27).

Allah swt. telah menciptakan langit dan bumi dengan segala isi dan peristiwa yang terkandung di dalamnya merupakan fenomena yang sangat mengesankan dan menakjubkan akal serta hati sanubari manusia. Itulah alam semesta atau al-kaun (universum). Simaklah firman Allah swt. berikut ini:

“Dia lah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa, yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 24).

Hendaknya manusia senantiasa men-taddaburi ayat-ayat-Nya, baik yang qauliyah maupun kauniyah. Karena di sana terdapat lautan ilmu-Nya, serta dorongan untuk mengkaji maupun mengimplementasikannya. “Hai jama’ah jin dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar-Rahman: 33). Dengan ayat ini manusia akan mengerti jika ingin menembus langit diperlukan energi yang besar.

Maka dengan segala bahan-bahan yang ada di alam ini manusia harus mampu mengkonversi energi tersebut. Masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan cabang-cabangnya. Allah swt. telah menciptakan alam beserta isi dan sistemnya dan juga telah mengajarkannya kepada manusia. Dengan mencermati Al-Qur’an, akan melahirkan kajian-kajian yang lebih detail tentang keberadaan ciptaan-Nya.

Timbulnya ilmu pengetahuan disebabkan kebutuhan-kebutuhan manusia yang berkemauan hidup bahagia. Dalam mencapai dan memenuhi kebutuhan hidupnya itu, manusia menggunakan akal pikirannya. Mereka menengadah ke langit, memandang alam sekitarnya dan melihat dirinya sendiri. Dalam hal ini memang telah menjadi qudrat dan iradat Nya, bahwa manusia dapat memikirkan sesuatu kebutuhan hidupnya. Telah tercantum dalam Al-Qur’an perintah Allah swt.: “Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Yunus: 101).

Hasil dari pemikiran manusia itu melahirkan ilmu pengetahuan dengan berbagai cabangnya. Maka ilmu pengetahuan bukanlah musuh atau lawan dari iman, melainkan sebagai wasailul hayah (sarana kehidupan) dan juga nantinya yang akan membimbing ke arah iman. Sebagaimana kita ketahui, banyak ahli ilmu pengetahuan yang berpikir dalam, telah dipimpin oleh pengetahuannya kepada suatu pandangan, bahwa di balik alam yang nyata ini ada kekuatan yang lebih tinggi, yang mengatur dan menyusunnya, memelihara segala sesuatu dengan ukuran dan perhitungan.

Herbert Spencer dalam tulisannya tentang pendidikan, menerangkan sebagai berikut: “Pengetahuan itu berlawanan dengan khurafat, tetapi tidak berlawanan dengan agama. Dalam kebanyakan ilmu alam kedapatan paham tidak bertuhan (atheisme), tetapi pengetahuan yang sehat dan mendalami kenyataan, bebas dari paham yang demikian itu. Ilmu alam tidak bertentangan dengan agama. Mempelajari ilmu itu merupakan ibadat secara diam, dan pengakuan yang membisu tentang keindahan sesuatuyang kita selidiki dan kita pelajari, dan selanjutnya pengakuan tentang kekuasaany Penciptanya. Mempelajari ilmu alam itu tasbih (memuji Tuhan) tapi bukan berupa ucapan, melainkan tasbih berupa amal dan menolong bekerja. Pengetahuan ini bukan mengatakan mustahil akan memperoleh sebab yang pertama, yaitu Allah.”

“Seorang ahli pengetahuan yang melihat setitik air, lalu dia mengetahuinya bahwa air itu tersusun dari oksigen dan hidrogen, dengan perbandingan tertentu, dan kalau sekiranya perbandingan itu berubah, niscaya air itu akan berubah pula menjadi sesuatu yang bukan air. Maka dengan itu ia akan meyakini kebesaran Pencipta, kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya. Sebaliknya orang yang bukan ahli dalam ilmu alam, akan melihatnya tidak lebih dari setitik air.”

Manusia sejak zaman dahulu telah mengerahkan daya akal untuk menyelidiki rahasia serta mencari hubungannya dengan kebutuhan dan tujuan hidupnya di atas bumi ini. Maka lahirlah para ahli ilmu alam seperti astronom, meteorolog, geolog, fisikawan, dan sebagainya, beserta para ahli filsafatnya di bidang tersebut.

Penemuan di bidang astronomi menyebabkan kosmologi terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini statis, dari permulaan diciptakannya samapai sekarang ini tak berubah dan kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis, bergerak atau berubah.

Kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis ditunjang oleh ilmu pengetahuan modern. Menurut teori evolusi, pengembangan seperti dibuktikan oleh adanya red shift, ditafsirkan bahwa alam semesta ini dimulai dengan satu ledakan dahsyat. Materi yang terdapat dalam alam semesta itu mula-mula berdesakan satu sama lain dalam suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya berupa proton, neutron, dan elektron, tidak mampu membentuk susunan yang lebih berat. Karena mengembang, maka suhu menurun sehingga proton dan neutron berkumpul membentuk inti atom. Kecepatan mengembang ini menentukan macam atom yang terbentuk.

Para ahli ilmu alam telah menghitung bahwa masa mendidih itu tidak lebih dari 30 menit. Bila kurang artinya mengembung lebih cepat, alam semesta ini akan didominasi oleh unsur hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit, berarti mengembung lambat, unsur berat akan dominan.

Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap materi, transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2. Dalam proses pengembungan ini energi sinar banyak terpakai dan meteri semakin dominan. Setelah 250 juta tahun maka masa dari meteri dan sinar menjadi sama. Sebelum itu, tidak dibayangkan bahwa materi larut dalam panas radiasi, seperti garam larut di air.

Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun, materi dan gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang tadinya homogen. Bola-bola gas masa galaksi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih 40.000 tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang itupun mulai bercahaya.

Karena sebagian dari materi terhisap ke pusat bintang, maka planet dibentuk dari sisa-sisanya. Yaitu butir-butir debu berbenturan satu sama lain dan membentuk massa yang lebih besar, berseliweran di ruang angkasa dan makin lama makin besar.

Proses kondensasi bintang pembentukan planet membutuhkan waktu beberapa ratus juta tahun. Kita mengetahui bahwa bulan bergerak menjauhi bumi, hal ini berarti bahwa beberapa milyar tahun yang lalu bumi dan bulan itu satu, dan bulan merupakan pecahan dari bumi yang memisahkan diri. Firman Allah swt.:

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman.” (QS. Al Anbiya: 30)

Konsep ini jelas menunjang teori kedinamisan alam semesta. Orang Rusia, berdasarkan umur batu bulan, telah menetapkan bahwa bulan berumur 4,5 milyar tahun.

Dalam mempelajari red shift, jarak diukur dengan tahun cahaya, bukan dengan kilometer. Kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik, sedangkan beberapa galaksi beberapa juta tahun cahaya jauhnya. Pada waktu kita memandang galaksi yang sangat jauh itu, sebetulnya kita sedang meneropong jauh ke masa yang silam. Dalam mempelajari galaksi yang jauhnya satu milyar tahun cahaya , sebetulnya membuktikan bahwa satu milyar tahun yang lalu alam semesta ini mengembung dengan kecepatan yang lebih tinggi dari sekarang. Hal ini berarti pula bahwa kita berada di alam semesta yang dinamis, bukan statis.

Lain dari itu penurunan kecepatan mengembung meramalkan bahwa pada suatu waktu pengembungan itu akan berhenti, kemudian berkontraksi, pada akhirnya kembali kepada situasi kepadatan seperti asalnya lebih kurang lima milyar tahun yang lalu.

Dari uraian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa alam semesta ini mengembung dan mengempis. Untuk lebih lanjut perhatikan uraian George Gemov dalam bukunya The Creation of the Universe, hal. 36: “…bahwa tekanan raksasa yang terjadi pada permulaan sejarah alam semesta, adalah akibat dari suatu kehancuran yang terjadi sebelumnya , dan bahwa pengembungan yang sekarang ini sebenarnya hanyalah suatu gerak kembali yang elastis yang terjadi segera setelah tercapai kepadatan maksimun yang diizinkan.”

Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana besarnya tekanan yang tercapai pada kepadatan yang maksimum itu, tetapi menurut semua petunjuk tekanan itu sungguh-sungguh amat tinggi. Besar kemungkinan seluruh massa alam semesta yang mempunyai kemungkinan bentuk yang bagaimanapun dalam masa pra kehancuran telah dimusnahkan secara sempurna, dan bahwa atom-atom dan intinya telah dipecahkan menjadi proton, neutron, dan elektron serta partikel dasar lainnya, jadi tak ada satupun yang bisa dituturkan tentang masa alam sebelum pemadatan alam semesta itu. Segera setelah kepadatan massa alam semesta itu mencapai titik maksimum, kepadatan yang sangat tinggi itu hanya bertahan dalam waktu sebentar saja.

Segala sesuatu yang berada dalam alam semesta, adalah merupakan ciptaan (makhluk) Allah swt. sebegai refleksi dan manifestasi dari wujud Allah swt. dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Karena itu manusia tidak habis-habisnya mengagumi isi al-kaun ini terus mengambil pelajaran dan ibroh yang bermanfaat dari padanya.

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihtaanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (QS. Al Mulk: 3-4)

Tegaknya langit, keseimbangan benda-benda langit sesuai dengan ciptaan dan pengaturan dari Penciptanya.

“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).” (QS. Ar Rahman: 7)

“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidaka tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah maha Penyantun lagi Maha Pengampun” (QS. Faathir: 41)

Ayat di atas menyatakan adanya semacam penahan yang membawa kepada ketenangan benda-benda langit, meskipun benda-benda langit itu saling bergerak. Hal ini menunjukkan kenyataan kebenarannya terhadap umat manusia.

Para ahli fisika sudah cukup lama mengenal gaya gravitasi antara benda-benda bermassa yang bekerja secara luas dalam alam ini. Setelah Issac Newton pada tahun 1686 merumuskan hukum gravitasi, maka orang dapat dengan mudah memahami dan menerangkan berbagai peristiwa dalam jagat raya ini. Hukum-hukum Kepler yang sudah ada sebelum Newton, ternyata dapat dipahamkan sebagai akibat saja dari hukum gravitasi Newton tersebut.

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa universum itu berjalan dengan eksak, kokoh, teratur, rapi, dan harmonis, yang tidak akan ada habis-habisnya menjadi tantangan yang menakjubkan bagi manusia. Setelah beriman kepada Allah, maka menjadi mudah bagi kita untuk menerima bahwa hukum-hukum itu adalah sunatullah atau aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah bagi makhluk-Nya yang tidak berubah-ubah.

“Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.” (QS. Faathir: 43)

Demikianlah Allah swt. telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna, seimbang, beraturan, sistemik. Maka Dia jualah yang paling tahu hakikat dan tujuan penciptaa-Nya, dan telah dikabarkannya ciptaan Allah swt. itu kepada manusia. Manusia telah diperintahkan untuk bertafakur atas ciptaan-Nya, sehingga mampu memanfaatkannya. Dan agar manusia mampu mengenal pencipta-Nya serta mengagungkan-Nya; Dia lah Allah swt. tiada Tuhan selain-Nya. Dengan ilmu-Nya Allah mengajarkan kepada hamba-Nya apa-apa yang telah diciptakan dengan proses terjadinya, sehingga manusia akan menjadi tahu dan berilmu. Setelah itu akan lahir cabang-cabang ilmu pengetahuan yang menyebar ke setiap penjuru ufuk kehidupan manusia. Dengan ilmunya manusia diharapkan menemukan kebenaran dan menjadikannya sebagai landasan kehidupan.

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushshilat: 53)

Ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah

Allah swt. menuangkan sebagian kecil dari ilmu-Nya kepada umat manusia dengan dua jalan. Pertama, dengan ath-thariqah ar-rasmiyah (jalan resmi) yaitu dalam jalur wahyu melalui perantaraan malaikat Jibril kepada Rasul-Nya, yang disebut juga dengan ayat-ayat qauliyah. Kedua, dengan ath-thariqah ghairu rasmiyah (jalan tidak resmi) yaitu melalui ilham secara kepada makhluk-Nya di alam semesta ini (baik makhluq hidup maupun yang mati), tanpa melalui perantaraan malaikat Jibril. Karena tak melalui perantaraan malaikat Jibril, maka bisa disebut jalan langsung (mubasyaratan). Kemudian jalan ini disebut juga dengan ayat-ayat kauniyah.

Wahyu dalam pengertian ishtilahi adalah: “kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang menjadi hudan (petunjuk) bagi umat manusia”, baik yang diturunkan langsung, dari belakang tabir (min wara’ hijab) maupun yang diturunkan melalui malaikat Jibril, seperti firman Allah swt: “Tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seseorang (malaikat) lalu diwahyukan kepadaNya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi maha Bijaksana” (QS. Asy Syura: 51)

Pengertian wahyu secara ishtilahi perlu dipertegas karena makna wahyu secara lughawi memiliki pengertian yang bermacam-macam, antara lain:

1. Ilham Fithri, seperti wahyu yang diberikan kepada ibu Nabi Musa untuk menyusukan Musa yang masih bayi.

“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil)…” (QS. Al-Qashash: 7).


2. Instink Hayawan, seperti wahyu yang diberikan kepada lebah untuk bersarang di bukit-bukit, pohon-pohon, dan dimana saja dia bersarang.

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia” (QS. An-Nahl: 68).


3. Isyarat, seperti yang diwahyukan oleh Nabi Zakaria kepada kaumnya untuk bertasbih pagi dan sore.

“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang” (QS. Maryam: 11).


4. Perintah Allah kepada malaikat, untuk mengerjakan sesuatu seperti perintah Allah kepada malaikat untuk membantu kaum muslimin dalam Perang Badar.
“(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat; Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman…” (QS. Al Anfal: 12).

5. Bisikan syaitan

“…Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musrik.” (QS. Al-An’am: 121).

Dalam ayat tersebut ada kata layuhuna (mewahyukan) yang berarti membisikkan.


6. Hadits Qudsi, juga termasuk dalam wahyu (hadits yang maknanya dari Allah swt., sedangkan redaksinya dari Rasulullah saw.)


7. Hadits Nabawiy, (makna dan redaksinya dari Rasulullah saw.) karena pada hakekatnya apa saja yang berasal dari Rasulullah saw. mempunyai nilai wahyu.
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah dia; dan bertakwa-lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr: 7)

Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari ilmu alam semesta (ayat-ayat kauniyah), oleh sebab itu manusia harus berusaha membacanya, mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya, untuk kemudian mengambil kesimpulan. Allah swt. berfirman: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan alam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq:1-5)

“Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Ar Ra’du: 3)

“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian tanah yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ra’du: 4)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 190-191)

Dengan mempelajari, mengamati, menyelidiki, dan merenungkan alam semesta (al-kaun) dengan segala isinya, manusia dapat melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti: Kosmologi, Astronomi, Botani, Meterologi, Geografi, Zoologi, Antropologi, Psikologi, dan sebagainya. Sedangkan dari mempelajari wahyu manusia melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti: Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadits, Ilmu Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih, dan sebagainya.

Dengan memahami bahwa semua ilmu itu adalah dari Allah swt., maka dalam mendalami dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan pun (al-kaun) harus mengacu firman Allah swt. sebagai referensi, sehingga akan semakin meneguhkan keimanan. Selain itu penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terkendali serta mengenal adab.

Sebagai misal dalam dunia teknologi kedokteran, pengalihan sperma ke sebuah rahim seorang wanita –dalam proses bayi tabung– harus memperhatikan sperma itu diambil dari siapa diletakkan ke rahim siapa. Proses kesepakatan, perizinan juga harus jelas. Jangan sampai bayi lahir menjadi tidak jelas nasabnya.

Di bidang astronomi tidak boleh diselewengkan untuk meramal nasib, padahal antara keduanya tak ada hubungan sama sekali. Dalam hal menikmati keindahan alam, akan menjadi suatu kedurhakaan jika dalam menikmatinya dengan membangun vila-vila untuk berbuat maksiat. Namun seorang mukmin menjadikan alam semesta adalah untuk tafakur agar dekat dengan-Nya.

Konsep Kebenaran Ilmu

Wahyu (Al-Qur’an dan As-Sunnah) memiliki nilai kebenaran yang mutlak (al-haqiqah al-muthlaqah) karena langsung berasal dari Allah swt. dan Rasul-Nya. Tetapi pemahaman terhadap wahyu yang memungkinkan beberapa alternatif pemahaman tidaklah bersifat mutlak. Sedangkan ilmu yang didapat dari alam semesta memiliki nilai kebenaran yang nisbi (realtif) dan tajribi (eksprimentatif) atau dengan istilah al-haqiqah at-tajribiyah.

Kebenaran yang mutlak harus dijadikan burhan atau alat untuk mengukur kebenaran yang nisbi. Jangan sampai terbalik, justru kebenaran yang mutlak diragukan karena bertentangan dengan kebenaran yang nisbi (relatif dan eksprimentatif). Sejarah ilmu pengetahuan sudah membuktikan bahwa suatu penemuan atau teori yang dianggap benar pada satu masa digugurkan kebenarannya pada masa yang akan datang. Hal itu disebabkan keterbatasan manusia dalam mengamati, menyelidiki, dan menyimpulkan segala fenomena yang ada dalam alam semesta. Oleh sebab itu jika terjadi pertentangan antara kesimpulan yang didapat oleh manusia dari al kaun dengan wahyu, maka yang harus dilakukan adalah menguji kembali kesimpulan tersebut, atau menguji kembali pemahaman manusia terhadap wahyu. Logikanya, wahyu dan alam semesta semuanya berasal dari Allah set. yang Mahabenar, mustahil terjadi pertentangan satu sama lain.

Hikmah mengimani ilmu Allah swt.

Pertama, membuat manusia sadar bahwa betapa tidak berarti dirinya dihadapan Allah swt., sebab seluruh ilmu yang dimiliki manusia adalah ibarat setitik air laut dibandingkan dengan air laut secara keseluruhan. Oleh karena itu manusia tidak ada alasan untuk sombong dan menjadikan ilmu menjadi penyebab kekufuran dan kedurhakaan kepada Yang Maha Mengetahui segalanya. Seharusnya manusia menjadikan ilmu untuk alat ber-taqarub kepada-Nya, sebagaimana perilaku para ulil albab.

Kedua, dengan menyadari bahwa ilmu Allah swt. sangat luas, tidak ada satupun –betapa pun kecil dan halusnya– yang luput dari ilmu-Nya, maka manusia akan dapat mengontrol tingkah laku, ucapan amalan batinnya sehingga selalu sesuai dengan yang diridhai Allah swt.

Ketiga, keyakinan terhadap ilmu Allah swt. akan menjadi terapi yang ampuh untuk segala penyelewengan, penipuan dan kemaksiatan lainnya. Maka dalam pemahamannya adalah dengan mengaplikasikan sifat Allah swt. tersebut dalam kehidupan nyata sehari-hari, berusaha melaksanakan perintah dan larangan-Nya baik di tempat ramai maupun sunyi. Kita tidak lagi terpengaruh dengan “diketahui” atau “tidak diketahui” oleh orang lain untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Karena kita menyadari betapa Allah swt. Maha Mengetahui yang pasti selalu melihat, mendengar, memperhatikan apa yang kita lakukan di mana dan kapan saja.

Di zaman salafus saleh, kita masih ingat kisah seorang gadis shalihah dengan ibunya menjual susu. Suatu saat ibunya menyuruh dagangannya untuk dicampur dengan air, agar mendapatkan untung yang lebih. Namun putrinya menolak. “Bukankah Khalifah Umar tidak melihat?” kata sang ibu. “Tapi Tuhannya Umar mengetahui, Bu!” kata putrinya. Tak disangka percakapan itu didengar Umar bin Khaththab. Maka gadis shalihah tersebut dipinang untuk putra Umar sang Khalifah. Dan kita pun tahu persis bahwa dari seorang wanita shalihah ini, akhirnya menurunkan seorang cucu yang menjadi tokoh besar dalam sejarah: Umar Bin Abdul ‘Aziz yang legendaris.

Juga kisah seorang anak gembala dengan sekian banyak gembalaan milik tuannya. Suatu saat Umar bin Khaththab menguji kekuatan muraqabatullah-nya. Dikatakan kepada anak itu bahwa kambingnya akan dibeli dengan harga yang lebih. Namun anak itu menolak. “Kamu bisa mengatakan kepada tuanmu kambingnya dimakan binatang buas,” kata Umar r.a. “Lantas di mana Allah?” tanya anak tersebut. Subhanallah..!.

Sebenarnya bagi seorang muslim yang sudah ber-iltizam akan selalu merasa tenang, bahagia karena segala amal kebaikannya, tidak akan dirugikan sedikitpun, baik diketahui ataupun tidak oleh orang lain, kerena dia yakin bahwa Allah swt. telah mengawasinya. Sehingga seorang mukmin sejati akan senantiasa beramal dengan ikhlas karena Allah swt. semata, bukan karena guru ngajinya, apalagi karena calon istri ataupun mertuanya. Tidak bangga karena pujian, tidak merasa lemah karena celaan. Tetap semangat walau tak diketahui orang, tak takabur ketika dilihat banyak orang. Juga tak takut dengan kegagalannya, atau tak bangga diri dengan keberhasilannya. Apapun yang terjadi tak akan mengoncangkan jiwanya, atau merusak muamalah dengan saudaranya, atau bahkan membahayakan akidahnya.

“Dan katakanlah; bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105)

Oke, tengkyu Tadz…

Oh yah, dlm liqo’ tadi malem ada tiga pertanyaan yg ditanyakan pd ustadz Dr. Ing Khafid, yakni :

  1. Seputar sholat istikharoh, ada sebagian pendapat yg mengatakan bahwa kalau kita blm bs sholat secara khusyu’ maka jangan sholat istikharah karena syetan suka menggoda disitu, terutama dlm hal menentukan pilihan. Mendingan sholat hajat saja. Bagamaina tuh tadz, yg bener yg mana?
  2. Tentang uang tau honor proyek, boleh nggak she kita nrimanya, halalkah buat qita?
  3. Bgm mukum meletakkan al qur’an di bawah mata kaki?

Jawaban :

Untuk pertanyaan pertama, qt lihat dulu keterangan syar’I ttg sholat istikharoh…

· Shalat Istikharoh hukumnya sunnah.

· Boleh melakukannya kapan saja, siang atau malam, setelah shalat wajib atau sebelumnya.

· Do'a Istikharah dilakukan setelah shalat Istikharoh.

· Boleh membaca surat apa saja setelah Al Fatihah karena tidak ada dalil yang menetapkan bacaan surat tertentu.

· Tidak ada keterangan bahwa seseorang apabila sudah shalat akan bermimpi, melihat sesuatu, atau lapang dadanya.

· Yang jelas bahwa Istikharoh adalah ibadah, ibadah harus ikhlas dan sesuai dengan contoh Rasullulah SAW, Istikharoh termasuk juga dzikir kepada Allah dan Allah akan membuat hati menjadi tenang.

· Seorang muslim harus ridha denagn qadha' dan qadar Allah, dan apa yang ia peroleh insya Allah itu yang terbaik untuknya.'

· Yang harus kita perhatikan dalam istikharah adalah apa yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabantnya. Mereka adalah sebaik-baik manusia dan yang paling paham tentang maksud Rasulullah SAW

· Shalat Istikharah cukup dilakukan sekali menurut hajat yang di butuhkan, adapun berulang sampai tujuh kali tidak ada contohnya.

Dari ket ini dpt dilihat bhw sholat istikharoh adl sunnah nabi yg jk qt ikuti akan mendpt pahala dan mrpkn sebuah ibadah. Karena sebenarnya utk menentukan/memutuskn sesuatu pilihan, bs aja hanya dg logika, melihat untung/rugi, manfaat/mudharat/ dsb. Tetapi hikmah Illahiyah memberikan kita jalan terbaik utk sll terikat dg pengawasan and ilmu Allah SWT.

Untuk pertanyaan kedua, seputar honor proyek…. Masih ada kaitannya dg bahasan dua pecan yg lalu, ttg partisipasi qt dlm lembg pemerintahan…

Ada beberapa kaidah fiqih yg hrs qt pahami saat terjun di lembaga pemerintahan yg sistemnya msh jauh dari nilai2 Islam, antara lain :

- Mengurangi kekejian and kedzaliman sesuai kapasitas qt… artinya ada usaha yg kontinyu and sungguh2 utk menciptakan system yg mendukung aturan Allah

- Memilih bahaya yg lebih ringan… garis besarnya, saat qt mau konfrontasi, dilihat dl tentara qt, dah cukup kuat and solid gak…?

- Mundur dari yg ideal ke realitas yg lebih rendah… Artinya saat kondisi ideal itu blm ada maka realitas yg ada hrs disikapi sbg tantangan utk berusaha mewujudkan kondisi ideal bkn justru menghindari atau sekedar mencacinya…

- Sunatullah, bahwa perubahan yg ideal itu membutuhkan proses… insya Allah qt mrpkn bagian yg Allah pilih utk mewarnai negeri ini…

Terkait dg honor proyek, sebenarnya letak permasalahannya ada pd pertanggungjawabannya and system yg mengaturnya. Karena anggaran itu memang ada and legal secara hukum. Banyak yg ngerasa gak ngapa2 kok dpt uang proyek… and parahnya qt jg sering tdk tahu proyek apa yg sdh dilaksanakan… yg penting terima bersih.

Rasionalitas selama ini yg sering terima honor proyek adl bhw ini bagian dr peningkatan kesejahteraan pegawai and pemerataan pendapatan. Pd system yg sdh baik, honor proyek and UPK bs dihapuskan and diganti dg system gaji and anggaran yg lebih transparan, accountable, and tentunya responsive. Insya Allah dengar2 th 2009 honor proyek and UPK sdh tdk ada lagi… semoga.

So, biar qt benar2 layak utk mendapat honor proyek/UPK, mari qt tingkatkan profesionalitas qt and juga produktivitas qt.

Untuk pertanyaan nomor tiga, sebenarnya hukum secara nash (dari AL Qur’an atau Al Hadist) tdk ada yg mengatur secara jelas ttg meletakkan Al Qur’an dibawah telapak kaki qt. Tetapi… sebagai sebuah adab atau etika menghormati panduan hidup, kitab suci yg berisi firman2 Allah, sdh selayaknya qt tempatkan pd tempat2 yg suci and bersih.

Begitulah rangkaian acara demi acara dilalui dengan penuh cinta…. Ayat-ayat Cinta kembali mengalun dalam hati-hati kami…

Sebelum acara ditutup maka ditentukan dulu petugas dan tempat liqo’ pekan depan.

Insya Allah utk tempat.. pekan depan di Wisma Asri Pabuaran

Petugas…Moderator : Akhi Iwan Erik

Pembaca Kitab Hadits : Akhi Slamet Turseno

Kultum : Akhi Iman Sadesmesli

Demikian liputan tematik kajian pekanan cowok bakos class ’07. Dari pojok Biro Renum, reporter bang_mamet melaporkan.

Wassalamu’alaikum wr. wb.




No comments: