Thursday, October 16, 2008

Nahnu Dhu'at Qabla Kulli Syai'in

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Barokallohulakumaa utk akhi Irfan dan akhi Eka atas anugerah terindah sekaligus amanah yg insya Allah akan mjd jalan ke Jannah_Nya, menjadi ayah dari putra dan putri yg sholih-sholihah…Keluarga besar bakos class’07 ikut berbahagia dan berdo’a utk keberkahannya…

Kembali and insya Allah kami berusaha utk selalu upload kajian tiap malam Jum’at sbg tadzkiroh dan penyemangat jiwa-jiwa kami, Mudah2an ada manfaatnya buat kita semua… selamat menyimak….

Saudaraku yg dirahmati Allah, liqo’ tadi malam (8 Mei 2008) dilaksanakan di Wisma Asri Pabuaran Lantai 2 dlm suasana yg ceria, diliputi ukhuwah dan penuh cinta…

Hadir dlm liqo’ ini akhi-akhi kita :

- Ari Susanto

- Slamet Turseno

- Iman Sadesmesli

- Erfan Dany

- Bisma

- Tommy Nautico

- Aldi (PKL)

Oh ya, akhi Iwan tadi malam ijin gak hadir karena sedang sakit… mudah2an Allah SWT sgera memberikan kesehatan dan mengampuni dosa2nya. Sebagaiman sabda Rasul kita, bahwa sakit dpt menggugurkan dosa setahun, dg syarat sabar and ikhlas menerimanya… amin

Kita do’akan juga akhi Nurman, yg sedang tugas ke Birma semoga senantiasa dilindungi Allah SWT and dimudahkan segala urusannya… and tidak lupa bawa oleh-oleh…

Yang lain-lain, kite-kite tetep tunggu utk bs ikut gabung loh…!

Ocre, seperti biasa acara dimulai sekitar jam delapan malam.

Pada liqo’ kali ini, yang bertugas sebagai moderator adalah akhi Slamet Turseno …

Moderator memulai majelis dengan mengucap hamdalah kepada Allah SWT, shalawat kepada Rasul_Nya dan mengajak kita semua untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita…

“…Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum kalau kaum itu tidak mau merubah apa yg ada dlm dirinya… Ayat ini menegaskan pentingnya ikhtiar utk mjd lebih baik lagi. Terkadang utk mjd baik itu tdk mudah, ada sakit dan lara yg datang menggoda, akankah kita terus maju atau menyerah dlm keputus-asa-an… Ingatlah biografi Si Cangkir Cantik,,,dulunya ia hanya seonggok tanah liat yg kotor and sll diinjak-injak, sampai kemudian ia ditemukan oleh seorang perajin, seonggok tanah liat tadi hrs mengalami proses yg sakit dan pedih, dibakar, dipukul2, dipiln2,diputar2 dan sebagainya… bahkan iapun hrs merelakan dirinya saat dicat dg pewarna, dg bau yg menyengat… ia terima itu dg sgl penderitaannya hingga kemudian sang perajin meletakkan dirinya di depan cermin, dan ia melihat dirinya… subhanallah… aku kini telah mjd cangkir yg begitu cantik dan indah… Itulah proses mjd baik. Terkadang ada rasa malas utk hadir dlm liqo’/kajian, sholat berjama’ah, puasa sunah, dan amalan lain, padahal itulah cara Allah dlm membentuk kita mjd lebih baik. Bahkan sejatinya program2 dlm liq’pun dimaksudkan utk membentuk kita. Ada dauroh, mabit, rihlah dan sebagainya, terkadang kita enggan, malas atau bahkan sinis mengikutinya… subhanallah… ternyata mjd baik itu banyak jalannya… tetapi hati ini sering kali terlalu sombong pd kekuasaan_Nya… Semoga kita bs mjd cangkir-cangkir yg cantik dan indah, bukan tanah-tanah liat yg kotor dan tidak berguna… amin

Demikian kurang lebih kalimat pembuka yang disampaikan oleh akhi Slamet Turseno selaku moderator…mengingatkan kita utk sll berusaha memberikan yg terbaik pd Illahi…

Acara pertama adalah tilawah Al Qur’an yg masing2 peserta membaca setengah halaman dari Al Qur’an …

Yg lainnya menyimak dg seksama dan membetulkan jika ada bacaan yg kurang pas tajwidnya… acara tilawah ditutup dg sedikit pemahaman ttg tajwid.

Acara selanjutnya yakni mengkaji kitab kuning… malam ini pembacaan kitab hadits diamanahkan kepada akhi Tommy Nautico…

Inilah petikan hadits yg disampaikan dg mengharu biru oleh beliau, diambilkan dari kitab berjudul Bulughul Maram Bab Thaharah Hadits no. 28 karya Ibnu Hajar Al ‘Asqolani.

Beliau menerangkan tentang makruhnya memakan daging keledai. Dalam penjelasan hadits juga diterangkan ttg perlunya sikap pengutamaan pengambilan dalil yg lebih kuat ketika menjumpai perkara khilafiyah/perbedaan.

Selanjutnya moderator meneruskan acara berikutnya, yakni kultum, kuliah tujuh menit… dan utk malam ini kultum akan disampaikan oleh seorang ustadz muda yg sudah tdk asing lagi. Beliau adalah Fadhilatul Ustadz Akhunal Karim Iwan Erik Al Damaky. Berhubung beliau tdk bisa hadir maka taujih beliau dibacakan oleh akhi Ari selaku pemegang amanah dari akhi Iwan…

Ustadz Iwan mengingatkan kita semua tentang bahaya Al Ghibah…

“…Membicarakan aib orang lain atau ghibah telah Allah haramkan secara jelas dan tegas di dalam kitab-Nya dan melalui lisan rasul-Nya. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. al-Hujurat:12)

Penjelasan tentang hakikat ghibah telah disebutkan di dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yaitu, “Engkau membicarakan saudaramu dengan sesuatu yang dia tidak suka (untuk diungkapkan).” (HR. Muslim) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah mengharamkan kehormatan seorang mukmin dan mengaitkannya dengan hari Arafah, bulan haram, dan tanah haram.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian adalah haram atas kalian, sebagaimana haramnya hari kalian ini, di bulan kalian ini, dan di negri kalian ini. Ingat! Bukankah aku telah menyampaikan?” (HR Muslim).

Bahkan dalam hadits yang lain disebutkan dengan sangat tegas bahwa membicarakan aib dan kehormatan seorang mukmin itu lebih parah dibandingkan dengan seseorang yang menikahi ibunya sendiri.

Diriwayatkan dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Riba itu mempunyai tujuh puluh dua pintu, yang paling rendah seperti seseorang yang menikahi ibunya. Dan riba yang paling besar yakni seseorang yang berlama-lama membicarakan kehormatan saudaranya.” (Silsilah ash-Shahihah no. 1871)

Di dalam sebuah potongan hadist, riwayat dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang berkata tentang seorang mukmin dengan sesuatu yang tidak terjadi (tidak dia perbuat), maka Allah subhanahu wata’ala akan mengurungnya di dalam lumpur keringat ahli neraka, sehingga dia menarik diri dari ucapannya (melakukan sesuatu yang dapat membebaskannya).” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan al-Hakim, disetujui oleh adz-Dzahabi, lihat Silsilah ash-Shahihah no. 437)

Diriwayatkan dari Abdur Rahman bin Ghanam radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda, “Sebaik-baik hamba Allah adalah orang yang jika dilihat (menjadi perhatian) disebutlah nama Allah, dan seburuk-buruk hamba Allah adalah orang yang berjalan dengan mengadu domba, memecah belah antara orang-orang yang saling cinta, dan senang untuk membuat susah orang-orang yang baik.” (HR. Ahmad 4/227, periksa juga kitab “Hashaid al-Alsun” hal. 68)

Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai sekalian orang yang telah menyatakan Islam dengan lisannya namun iman belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian semua menyakiti sesama muslim, janganlah kalian membuka aib mereka, dan janganlah kalian semua mencari-cari (mengintai) kelemahan mereka. Karena siapa saja yang mencari-cari kekurangan saudaranya sesama muslim maka Allah akan mengintai kekurangannya, dan siapa yang diintai oleh Allah kekurangannya maka pasti Allah ungkapkan, meskipun dia berada di dalam rumahnya.” (HR. at-Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi 2/200)

Para salaf adalah orang yang sangat menjauhi ghibah dan takut jika terjerumus melakukan hal itu. Di antaranya adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, dia berkata, “Aku mendengar Abu ‘Ashim berkata, “Semenjak aku ketahui bahwa ghibah adalah haram, maka aku tidak berani menggunjing orang sama sekali.” (at-Tarikh al-Kabir (4/336) Al-Imam al-Bukhari mengatakan, “Aku berharap untuk bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala dan Dia tidak menghisab saya sebagai seorang yang telah berbuat ghibah terhadap orang lain.”

Imam Adz-Dzahabi berkomentar, “Benarlah apa yang beliau katakan, siapa yang melihat ucapan beliau di dalam jarh dan ta’dil (menyatakan cacat dan jujurnya seorang perawi) maka akan tahu kehati-hatian beliau di dalam membicarakan orang lain, dan sikap inshaf (obyektif) beliau di dalam mendhaifkan/melemahkan seseorang. Lebih lanjut beliau (adz-Dzahabi) mengatakan, “Apabila aku (Imam al-Bukhari) berkata si Fulan dalam haditsnya ada catatan, dan dia diduga seorang yang lemah hafalannya, maka inilah yang dimaksudkan dengan ucapan beliau “Semoga Allah subhanahu wata’ala tidak menghisab saya sebagai orang yang melakukan ghibah terhadap orang lain.” Dan ini merupakan salah satu dari puncak sikap wara’. (Siyar A’lam an -Nubala’ 12/439) Beliau juga mengatakan, “Aku tidak menggunjing seseorang sama sekali semenjak aku ketahui bahwa ghibah itu berbahaya bagi pelakunya.” (Siyar a’lam an-Nubala’ 12/441)

Para salaf apabila terlanjur menggunjing orang lain, maka mereka langsung melakukan introspeksi diri. Ibnu Wahab pernah berkata, “Aku bernadzar apabila suatu ketika menggunjing seseorang maka aku akan berpuasa satu hari. Aku pun berusaha keras untuk menahan diri, tetapi suatu ketika aku menggunjing, maka aku pun berpuasa. Maka aku berniat apabila menggunjing seseorang, aku akan bersedekah dengan satu dirham dan karena sayang terhadap dirham, maka aku pun meninggalkan ghibah.” Berkata imam adz-Dzahabi, “Demikianlah kondisi para ulama, dan itu merupakan buah dari ilmu yang bermanfaat.” (Siyar: 9/228) Bahkan seorang yang melakukan ghibah pada hakikatnya sedang memberikan kebaikannya kepada orang lain yang dia gunjing. Bahkan Abdur Rahman bin Mahdi berkata, “Andaikan aku tidak benci karena bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, maka tentu aku berharap tidak ada seorang pun di Mesir, ini kecuali aku menggunjingnya, yakni karena dengan itu seseorang akan mendapatkan kebaikan di dalam catatan amalnya, padahal dia tidak melakukan sesuatu.” (Siyar: 9/195)

Maka para aktivis dakwah di masa ini yang melakukan ghibah atau membicarakan aib saudaranya sesama muslim dengan alasan untuk meluruskan kesalahan dan demi kebaikan, alangkah baiknya sebelum membicarakan orang lain merenung kan beberapa masalah berikut:

Pertama; Apakah yang dia lakukan itu adalah ikhlas dan merupakan nasihat untuk Allah subhanahu wata’ala, Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin? Ataukah merupakan dorongan hawa nafsu baik tersembunyi atau terang-terangan? Atukah itu merupakan hasad dan kebencian terhadap orang yang dia gunjing? Memperjelas apa latar belakang yang mendorong untuk membicarakan orang lain sangatlah penting. Sebab berapa banyak orang yang terjerumus ke dalam ghibah dan menggunjing orang lain karena dorongan nafsu tercela sebagaimana tersebut di atas. Lalu dia menyangka bahwa yang mendorong dirinya untuk menggunjing adalah karena menyampaikan nasehat dan menginginkan kebaikan. Ini merupakan ketergelinciran jiwa yang sangat pelik, yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, kecuali setelah merenung dan berpikir mendalam penuh rasa ikhlas dan murni karena Allah subhanahu wata’ala.Ke dua; Harus dilihat dulu bentuk masalahnya ketika membicarakan aib seseorang, apakah merupakan hal-hal yang di situ memang dibolehkan untuk ghibah ataukah tidak?Ke tiga; Renungkan berkali-kali sebelum mengeluarkan kata-kata untuk membicarakan orang lain; Apa jawaban yang saya sampaikan nanti di hadapan Allah subhanahu wata’ala pada hari Kiamat jika Dia bertanya, “Wahai hamba-Ku si Fulan, mengapa engkau membicarakan si Fulan dengan ini dan ini?”

Hendaknya selalu ingat bahwa Allah subhanahu wata’ala telah berfirman,
“Dan ketahuilah bahwasannya Allah mengetahi apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah: 235) Dan Ibnu Daqiq al-Ied juga telah berkata, “Kehormatan manusia merupakan salah satu jurang dari jurang jurang neraka yang para ahli hadits dan ahli hukum diam apabila telah berhadapan dengannya.

(Thabaqat asy Syafi’iyyah al Kubra 2/18). Wallahu a’lam.

Sumber: “Manhaj Ahlussunnah fi an-Naqdi wal Hukmi ‘alal Akharin, hal 17-20, Hisyam bin Ismail ash-Shiini. Dari buletin an-Nur

Syukron jazakalloh kepada akhi Iwan atas taujihnya… semoga kita bisa mengambil hikmah dr apa yg beliau sampaikan…

Acara selanjutnya yakni materi inti yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Ing Khafid. Beliau menyampaikan materi ttg pentingnya dakwah sbg pelindung bangunan Al Islam, sekilas strategi dakwah yg dicontohkan Rasul Muhammad SAW, juga tafsir surat Nuh yg menceritakan strategi dakwahnya Nabi Nuh AS,…

Selengkapnya, ikuti aja yach

“…Dakwah secara terminologi adalah menyeru untuk melakukan sesuatu atau meninggalkannya, baik kebenaran ataupun kebatilan. Ahmad bin Faris mengatakan, "Dakwah adalah menyerukan sesuatu dengan suara dan perkataan dari kamu."(Al-Mu'jamu Al-Wasith, Ahmad Faris, hlm. 286).

Secara etimologi, para ulama mendefinisikan dengan berbagai pengertian. Tapi, kami akan meringkas menjadi dua definisi yang lebih lengkap dan sesuai dengan tema ini.

1. Dakwah yaitu menyampaikan Islam kepada manusia, mengajarkannya kepada mereka, dan mengaplikasikannya dalam realita kehidupan.

2. Dakwah yaitu penyampaian dakwah Islam kepada manusia di semua tempat dan waktu dengan menggunakan berbagai metode dan sarana yang sesuai dengan kondisi objek dakwah.

Dari pengertian itu, maka seroang aktivis adalah penyampai dakwah ini. Ia sebagai pahlawan yang akan mengentaskan umat Islam dari kesesatan kepada petunjuk. Yel-yel dakwah mereka adalah firman Allah Ta'ala (yang artinya), "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh, dan berkata, 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri'." (Fushilat: 33).

Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, "Sungguh, bila Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui perantara kamu maka itu lebih baik bagi kamu dari pada unta merah." (HR Bukhari no. 3498, Muslim no. 2406, dan Ahmad no. 22872).

Hukum Berdakwah

Syaikhul Islam ibnu Taimiyah rhm. mengatakan, "Dakwah adalah wajib hukumnya bagi siapa yang mengikuti Rasulullah saw. dan mereka adalah bagian dari umatnya. Kewajiban ini berlaku bagi setiap kelompok, yaitu fardhu kifayah, kewajiban yang gugur pada sebagian kelompok bila telah ada sebagian yang lain melaksanakannya. Sebagaimana firman Allah Ta'ala, 'Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan' (Ali-Imran: 104)." (Majmu' Fatawa, Ibnu Taimiyah, hlm. 8/20).

Syaikh Bin Baz rhm. menjelaskan, "Para ulama telah menjelaskan bahwa hukum berdakwah adalah fardhu kifayah sesuai dengan wilayah tempat aktivis tersebut berdakwah. Karena, setiap wilayah dan negara pasti membutuhkan dakwah. Oleh karena itu, disebut dengan fardhu kifayah, yaitu bila telah ada yang melaksanakannya dan cukup, maka gugur kewajiban berdakwah bagi lainnya. Sehingga, berdakwah bagi lainnya menjadi sunnah mu'akkaddah (sunnah yang ditekankan) dan menjadi amal shaleh bagi mereka. Tapi, ketika jumlah aktivisnya sedikit, kemungkaran merajalela, dan banyak kebodohan-seperti kondisi kita hari ini-, maka hukum berdakwah menjadi fardhu 'ain yang dibebankan kepada setiap individu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Bila penduduk negara atau wilayah tertentu tidak ada yang melaksanakan dakwah ini, maka mereka semua berdosa dan kewajibannya meluas. Maka, hendaknya setiap orang berdakwah sesuai dengan kemampuan dan tempatnya masing-masing. Adapun bila ditinjau dari keumuman negara-negara yang ada, maka wajib akan adanya sekelompok orang yang berdakwah menyampaikan risalah Allah dan menjelaskan perintah-perintah-Nya dengan menggunakan berbagai cara yang memungkinkan." (Dakwah Ila Allah wa Akhlaqud Du'at, Syaikh bin Baz, hlm: 20-21).

“Tafsir Surat Nuh… silahkan download sendiri tafsirnya utk melihat lebih jelas kesabaran yg ditunjukkan oleh Nabiyullah Nuh ‘alaihi salam.

Begitulah rangkaian acara demi acara dilalui dengan penuh cinta…. Ayat-ayat Cinta kembali mengalun dalam hati-hati kami… tak tergoyahkan oleh laskar pelangi…

Sebelum acara ditutup maka ditentukan dulu petugas dan tempat liqo’ pekan depan.

Insya Allah special utk kajian pecan depan akan dilaksanakan di Bumi Sentosa Indah Blok X No.12 di rumah Dr. Ing Khafid, acara santai sambil bakar2 ayam… so, bagi yg mau hadir silahkan aja…

Demikian liputan tematik kajian pekanan cowok bakos class ’07. Dari pojok Biro Renum, reporter bang_mamet melaporkan.

Wassalamu’alaikum wr. wb.





No comments: