Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Allahuma baariklana fi Rajaba wa Sya'ban wa balighnaa Ramadhan
“... Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan...”
Tiada terasa saat ini kita telah sampai di hari ke-15, nisyfu rajab (pertengahan bulan Rajab)… apa yg sudah kita persiapkan untuk menyambut kedatangan sang tamu agung, Ramadhan Mubarokah…?
Ikhwati fillah, Saudaraku yg dimuliakan Allah, kembali kami ingin menyampaikan pelaksanaan liqo’ kemarin sore (17 Juli 2008) di kontrakan Ari/Iwani di Kampung Kandang dan dimulai sekitar jam 17.00-an, semoga ada manfaat yg bisa diambil…
Hadir dlm liqo’ ini akhi-akhi kita :
1. Iwan Erik
2. Slamet Turseno
3. Iman Sadesmesli
4. Erfan Dany
5. Tomy Nautico
6. Ari Susanto
7. Bisma
8. Isa
Akhunal kiroom, akhi Muh. Nurman tidak bisa hadir. karena sedang pulang kampung ke Sidoarjo Jatim, ikut merayakan kemenangan Jatim di PON XVII Kaltim,
Untuk liqo’ kali ini, yang bertugas sebagai moderator adalah akhi Ari S…
Moderator memulai majelis dengan mengucap hamdalah kepada Allah SWT, shalawat kepada Rasul_Nya dan mengajak kita semua untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita…
Acara pertama adalah tilawah Al Qur’an yg masing2 peserta membaca setengah halaman dari Al Qur’an …
Yg lainnya menyimak dg seksama dan membetulkan jika ada bacaan yg kurang pas tajwidnya… acara tilawah ditutup dg sedikit pemahaman ttg tajwid.
Acara selanjutnya yakni mengkaji kitab kuning… malam ini pembacaan kitab hadits diamanahkan kepada akhi Erfan Dhany,
Beliau menyampaikan masih di Bab Sifat Wudlu Nabi SAW yg termaktub dlm Kitab Bulughul Maarom karya Syaikh Ibnu Hajar Al Asqolany…Yakni berkaitan sunnahnya berkumur-kumur dlm wudhu, bersungguh-sungguh dalam memasukkan air ke hidung pd saat wudhu… dan menyelat jenggot bagi ikhwan yg berjenggot…
Selanjutnya moderator meneruskan acara berikutnya, yakni KULTUM. Pada mlm hari ini, kultum disampaikan oleh akhi Bisma. Beliau menyampaikan tentang Urgensi Mengingat Mati…
Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan (kematian). (HR. Tirmidzi)
Seorang ulama pernah berkata, “Selain Allah, sesuatu yang paling sering dilupakan manusia adalah kematian.” Padahal kematian menjadi sebuah
fenomena nyata yang selalu disaksikan manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Kematian keluarga, tetangga atau orang-orang yang tidak
kita kenal yang dapat diketahui dari berita-berita kematian di berbagai media
Ketika ia turut mengusung keranda, jarang sekali ia merasa bahwa pada suatu saat ialah akan diusung begitu. Pada saat ia ikut meletakkan atau menyaksikan sang mayit diletakkan dalam rongga sempit di dalam tanah, ia tidak berfikir bahwa ia juga nanti pasti akan mengalami hal serupa.
Banyak manusia yang tidak sadar bahwa detak jantung yang belalu, denyut nadi yang bergetar serta detik-detik yang terlewat sesungguhnya merupakan
langkah-langkah pasti yang akan semakin mendekatkan kita pada titik takdir kematian.
Karena tidak disadari, maka kematian datangnya tampak selalu mendadak. Banyak terjadi, manusia yang dicabut nyawanya dalam keadaan sedang
bergembira ria. Kemana pun kita berlari, dan dimana pun kita berada, mati akan datang merenggut. Ini suatu kepastian. Kita hanya menunggu giliran.
“Katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri darinya itu, pasti akan menemui kamu, kemudian kamu semua akan dikembalikan ke Dzat yang Maha Mengetahui segala yang ghaib serta yang nyata.” (QS. Jum’ah:8).
Dan ketika kematian itu datang, maka berakhirlah segala kenikmatan yang telah dan tengah dirasakan manusia.
secara global sesungguhnya Allah hanya memberi satu nikmat saja kepada manusia, yakni nafas. Begitu nafas itu berhenti, maka berhenti pula
berbagai kenikmatan yang ada.
Sebagai Nasehat Sering kali gebyar kehidupan duniawi mudah membuat kita terlena. Apalagi ketika begitu semakin banyak perlengkapan hidup dengan segala macam kemajuan, kemudahan dan kenikmatannya yang semakin mengepung kita di masa modern ini.
Semua itu kerap menggoda dan melalaikan manusia. Muncullah berbagai prinsip hidup sesat seperti materialisme (hidup hanya untuk tujuan
mencapai kemajuan materi), hedonisme (hidup hanya untuk mencapai kesenangan), permisivisme (serba membolehkan apa saja) dan lain-lain yang
sejenisnya. Dalam keadaan seperti itu, nasehat dari siapapun biasanya tak lagi digubris. Tapi ingatlah setiap kita memiliki penasehat yang sangat ampuh,
yaitu kematian. Bila sejenak merenungkan kematian yang sewaktu-waktu pasti akan datang, pasti kita akan lebih hati- hati dalam melangkah.
Cukuplah kematian itu sebagai penasehat. (HR. Thabrani dan Baihaqi). Sudah semestinya kita senantiasa mengingat akan datangnya musibah terbesar itu. Seketika itu, istri, anak dan keluarga tersayang akan terpisah,
pangkat yang diduduki akan hilang, harta yang dikumpulkan akan ditinggalkan, dan bahkan nyawa yang dicintai akan lepas. Melalui pintu
mati kita meninggalkan alam dunia, menuju akhirat.
Dengan demikian, orang yang melalaikan datangnya kematian, berarti kehilangan penasehat terbaiknya. Kehidupannya akan mudah tergoda dan
terperosok dalam kelalaian. Keterlenaannya mengejar kehidupan dunia, kenikmatan sesaat dan bermegah-megahan membuatnya lalai mempersiapkan
bekal akhirat hingga kematian menjemput. Akibat lalai dengan nasehat kematian, akhirnya hanya berujung kepada penyesalan abadi di neraka jahim.
Manusia Cerdas
Kriteria manusia cerdas yang sering diinginkan dan dibayangkan kebanyakan orang adalah yang memiliki IQ tinggi, menguasai iptek, kreatif dan
semacamnya. Agar anaknya menjadi seperti itu orang tua tak segan- segan mengeluarkan biaya tinggi sampai menyekolahkannya ke luar negeri.
Barangkali bila hidup itu cuma di dunia saja, gambaran yang demikian itu ada benarnya. Tetapi hidup di dunia ini hanyalah teramat sangat sebentar
dibanding dengan kehidupan abadi di akhirat. Karena itu kualitas manusia cerdas yang seperti itu belum lengkap. Apa artinya seorang yang berhasil
mengumpulkan berbagai prestasi dunia; harta melimpah ruah, jabatan berderet-deret bila setelah mati justru sengasara selamanya di akhirat?
Rasul memberikan rumusan yang lain, bahwa manusia cerdas ialah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya
untuk menghadapi kematian. Dengan mengingat mati, kehidupannya di dunia dikelola, tidak hanya sebagai kesenangan tetapi juga menjadi ladang
beramal baik sebanyak-banyaknya. Dengan mengelola keseimbangan hidup diperolehlah kemuliaan dunia dan keselamatan di akhirat. Dia sangat menyadari perjalanan di akhirat yang jauh dan abadi tentu membutuhkan bekal yang jauh lebih banyak lagi dibandingkan di dunia. Karena itu kecerdikan yang sering dipahami manusia akan bermakna jika diiringi kecerdikan memikirkan nasib di akhirat.
Secerdas-cerdasnya manusia ialah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka itulah
orang yang benar-benar cerdas dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat. (HR. Ibnu Majah)
Ringan Beribadah
Orang yang lupa akan kematian akan terasa berat beribadah karena ia dikejar-kejar kenikmatan duniawi. Baginya masalah akhirat dianggapnya
sia-sia. Kalaupun ada niat beribadah, ditunda-tunda menunggu nanti kalau sudah tua. Padahal datangnya maut siapa tahu. Bisa jadi sore atau malam
nanti maut datang. Bila sudah saatnya, kita tidak akan mampu mengundurkannya.
Menimbulkan Kezuhudan
Hawa nafsu yang cenderung cinta kemewahan mendorong manusia menjadikan dunia sebagai tujuan. Hati seperti ini dipenuhi dengan keinginan dan
panjang angan-angan tentang kemewahan. Dzikirnya: uang, uang dan hanya uang. Pikirannya dipenuhi segala macam ketamakan. Sikap demikian itu membuatnya
tidak mau mensyukuri yang sudah ada dan melupakan akhirat. Hati yang sudah dipenuhi cinta dunia, sulit mengingat Allah, dan ujung-ujungnya
mengarahkan hidupnya menuju neraka. Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). (QS. An Nazi’aat: 37-39).
Bila cinta dunia membuat seseorang menjadi budaknya, sikap zuhud justru menjadikan seseorang berdaya menggunakannya sebagai alat mencari ridha
Allah. Harta kekayaannya tidak menimbulkan kesombongan, tetapi justru membuatnya khawatir kalau- kalau ada hak fakir miskin belum tertunai.
Memang mengingat mati membuat hidup kita bermakna dan jauh dari sia- sia, sedangkan melupakannya hanya akan mengakibatkan kita tertipu dalam kehidupan dunia yang fana dan membawa kesengsaraan berkepanjangan di akhirat.·
Sungguh sekiranya kita berpikir lebih mendalam, niscaya kita menyadari bahwa kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan akhirat, karena
didalamnya terdapat kenikmatan abadi yang tiada ujungnya. “Sekecil apapun sesuatu yang kita sembunyikan dari orang lain, tiada yang
dapat mengetahuinya selain Allah S.W.T”
syukron jazakalloh utk akh Bisma, semoga kita bs mengambil manfaatnya… Amin. Selanjutnya adlah materi inti yg disampaikan oleh Ustadz Dr. Ing Khafid, Beliau menguraikan tentang makna ilah dan Laa Ilaha Illallah… agar pemahaman keislaman kita semakin baik, selamat menyimak…
PENGERTIAN ILAH DAN LAILAHAILLALLAH
ILAH
Ilah dalam pengertian sehari-hari adalah tuhan.
Di dalam terminologi Al-Qur'an ilah berarti:
1. Mahbubun (yang dicintai). Mari kita simak Qs 2:165 :
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai
Allah ..."
Mari kita simak penjelasannya di Qs 9:24
"Katakanlah: 'Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-
istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan; pernia-
gaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai selain Allah
dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusanNya.' Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik."
2. Matbu'un (sesuatu yang diikuti)
Mengikuti sesuatu selain dari petunjuk Allah bisa dicap memiliki
ilah selain Allah. Mari kita simak contohnya dalam Qs 25:43
"Terangkanlah kepadaku tentang orang-orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemeli-
hara atasnya?"
3. Marhabun (sesuatu yang ditakuti) simak diujung Qs 16:51
"Allah berfirman: 'Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguh
nya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja
kamu takut."
Mari kita mendalami pengertian Lailahailallah.
1. Allah sebagai Rab
Kajian allah sebagi Rab dimasukkan kedalam tauhid Rububiyyah.
a. Allah Sebagai Khalik (pencipta)
Simak Qs 2:21
"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakanmu dan orang-orang
sebelummu, agar kamu bertaqwa"
kemudian Qs 51:56
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku"
Lalu muncullah pengertian : LaaKhalika illallah, yang berarti
tiada pencipta selain Allah. Jadi Laailaha illallah juga
berarti LaaKhalika illallah.
b. Allah sebagai pemberi Rizki (Ar-Raaziq)
Ar-Raaziq berati juga penjamin, pemelihara sekaligus pemberi rizki.
Simak Qs 2:22
"Dialah yang menjadikan bumi sebagi hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan dia menurunkan air(hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki
untukmu ..."
Berdasarkan ini maka : Laaraziqa illallah (tiada pemberi rizki
kecuali Allah). Jadi Laailaha illallah juga berarti Laaraziqa
illallah.
c. Allah sebagai pemilik (Al-Malik)
Allah-lah yang memiliki langit dan bumi dan segala diantara
keduanya. Al-Malik berarit juga rajadiraja. Kerajaan Allah
meliputi langit dan bumi. Simak Firman Allah Qs 3:26-27.
"Katakallah : Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari
orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu." (26)
Lalu dengan ini mulcullah: Laamalika illallah. (tiada pemilik
kecuali Allah.
2. Allah sebagai Mulk (Raja di raja)
Kajian Allah sebagai Mulk disebut Tauhidul Mulkiyyah.
a. Allah sebagai Mulk (Raja di raja)
Mulk Raja-diraja dalam pengertian berkuasa penuh.
Firman Allah Qs 114:2 (surat Annas) "Malikinnas"- Raja Manusia.
Kemudian perhatikan Qs 3:26 tsb. Allah adalah Raja di raja,
tiada raja-diraja melainkan Allah. "Laamulka illallah"
b. Allah sebagai pelindung (Al-Waliy)
Allahlah pelindung dan penolong mahlukNya, mintalah perlindungan kepada Allah, niscaya Allah akan melindungi. Simak Qs 2:257 " Allah pelindung orang-orang yang beriman;
Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan
orang-orang kafir, pelindung-pelindung mereka adalah syaitan
yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka
itulah penghuni neraka; mereka kekal didalamnya."
Kemudian muncul LaaWaliyya illallah - tiada pelindung selain
Allah.
c. Allah sebagai Hakam (yang membuat hukum)
Pengakuan Allah sebagi pembuat hukum harus diakui secara
i'tiqadi. Allahlah yang berhak membuat hukum, hukum-hukum
yang kita ikuti harus diturunkan dari hukum Allah
sekali tidak diperkenankan menentang hukum Allah. Konsekuensi
orang yang berhukum selain hukum Allah sangat berat.
Simak Qs 5:44-50
"...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir." (44)
"...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
zalim." (45)
Lalu dapat ditarik pengertian Laahakama illallah - Tiada
pembuat hukum kecuali Allah. Lailaha illallah juga berarti
Laahakima illallah.
3. Allah yang disembah (Ma'bud)
Kajian Allah sebagai yang disembah masuk kategori tauhid uluhiyyah.
a. Allah sebagai Ma'bud
Allahlah satu-satunya yang patut disembah. Simak Qs. 51:56
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku."
Ikrar "Hanya kepadaMu-lah kami menyembah dan kepadaMu-lah
kami mohon pertolongan." Qs 1:5 minimal diucapkan 17 kali
sehari.
Kembali lagi Laama'buda illallah, tiada yang patut disembah
atau diibadati kecuali Allah. Lailaha illallah juga berarti
Laama'buda illallah.
b. Allah sebagi tujuan (Al-Ghayah)
Simak firman Allah Qs. 94:8 " Dan hanya kepada Allalah hendaknya
kamu berharap (menempatkan tujuan)."
Allahlah tujuan kita, Allahu Ghayatuna. Lailaha illallah juga
berarti Laaghayatu illallah.
LaaKhaalika illallah ---|
|
LaaRaazika illallah ----|
|
LaaMaalika illallah ----|
|
LaaMulka illallah ------|
|----------Laailaha illallah
LaaWaaliya illallah ----|
|
LaaHaakima illallah ----|
|
LaaMa'buda illallah ----|
|
LaaGhoyatu illallah ----|
Syukron Ustadz, atas taujihnya semoga kita bisa mengambil manfaatnya Amin…
Begitulah rangkaian acara demi acara dilalui dengan penuh cinta….
Sebelum acara ditutup maka ditentukan dulu petugas dan tempat liqo’ pekan depan.
Insya Allah utk tempat.. pekan depan di Rumah Mas Tommy Kampung Kandang
Petugas…Moderator : Akhi Bisma
Pembaca Kitab Hadits : Akhi Iman S
Kultum : Akhi Iwan Erik
Demikian liputan tematik kajian pekanan cowok bakos class ’07. Dari pojok Biro Renum, reporter kang_mamet melaporkan.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
No comments:
Post a Comment