Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kaifa haluk ya akhi, ya ukhti? (Apa kabarnya, sobat sekalian?)… Alhamdulillah kita kembali dpt bersua dlm ikatan hati yg penuh kekeluargaan dan persahabatan… Mohon maaf karena dua pecan kemarin gak bisa upload kajian malam jum’at… renovasi ruangan mengharuskan saya harus hijrah computer utk beberapa waktu, mudah2an setelah kembali ke computer asal, kami dapat kembali meng-upload kajian tiap malam Jum’at, sehingga mudah2an manfaatnya akan lebih luas dirasakan oleh yang hadir ataupun yg blm bisa hadir, Insya Allah,… selamat menyimak….
Saudaraku yg dimuliakan Allah, liqo’ tadi malam (12 Juni 2008) dilaksanakan di kediaman Ustadz Dr. Ing Hafid di BCE dlm suasana yg ceria, diliputi ukhuwah dan penuh cinta…
Hadir dlm liqo’ ini akhi-akhi kita :
Ari Susanto
Slamet Turseno
Iman Sadesmesli
- Erfan Dany
- Muh. Nurman
- Iwan Erik
Akhunal kirom, akh Bisma dan akh Tomy gak bisa hadir. Akh Bisma ijin karena keluarganya datang ke Ciganjur, sedangkan akh Tomy ijin karena sedang kurang enak badan… semoga lekas sehat ya akh…
Semoga Allah istiqomahkan kita dlm upaya memperbaiki diri… Yang lain-lain, kite-kite tetep tunggu utk bs ikut gabung loh…!
Ocre, pada liqo’ pekan ini acara dimulai sekitar pukul 20.30 karena hujan yang turun dengan derasnya sedikit mengganggu saat mau berangkat liqo’, tapi alhamdulillah, dg segala keteguhan hati, derasnya air hujan tidak menghalangi kami utk hadir dlm liqo’ rutin pekanan ini…
Pada liqo’ kali ini, yang bertugas sebagai moderator adalah akhi Erfan Dhany…
Moderator memulai majelis dengan mengucap hamdalah kepada Allah SWT, shalawat kepada Rasul_Nya dan mengajak kita semua untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita…
“…Sungguh bukan sebuah perkara yang ringan kita bisa hadir di tempat ini, menyantap jamuan di taman-taman surga, apalagi hujan yg turun dg sangat deras seolah menguji komitmen kita akan janji kita, keistiqomahan kita utk mjd insane-insan kamil yg sukses dunia dan sukses akhirat… ada rasa berat yg datang, sedikit keterpaksaan, hati yg malas dan keengganan utk melangkah, tapi alhamdulillah, kasih saying Allah telah membuat itu semua sirna tatkala telah keluar menuju tempat yg mulia ini… sehingga sudah sewajarnya kita bersyukur atas nikmat ini dan mudah-mudahan Allah anugerahi kita “KEIKHLASAN”… Amin.”
Demikian kurang lebih kalimat pembuka yang disampaikan oleh akhi Erfan selaku moderator…mengingatkan kita utk sll berusaha bersyukur pd Illahi…
Acara pertama adalah tilawah Al Qur’an yg masing2 peserta membaca setengah halaman dari Al Qur’an …
Yg lainnya menyimak dg seksama dan membetulkan jika ada bacaan yg kurang pas tajwidnya… acara tilawah ditutup dg sedikit pemahaman ttg tajwid. Yakni berkaitan dg hokum mim dan nun mati, tasydid/syiddah, dll.
Acara selanjutnya yakni mengkaji kitab kuning… malam ini pembacaan kitab hadits diamanahkan kepada akhi Iwan Erik… diambilkan dari kitab berjudul Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al ‘Asqolani, Bab Mensucikan Benda dari Najis, Yakni Hadits No. 33, 34, dan 35
No.33. Dari Abu Samhi, telah bersabda Rasulullah saw, “Dicuci dari air kencing anak perempuan, dan disiram dari air kencing anak laki-laki”
Ket. :
o Suatu benda yg kena air kencing anak perempuan harus dicuci, yg kena air kencing anak laki-laki cukup disiram
o Dalam riwayat lain, bahwa anak laki-laki yg dimaksud di atas, adalah yg belum makan makanan selain susu.
o Untuk hati-hati, lebih baik kita cuci saja sesuatu yang kena air kencing anak laki-laki itu.
No.34 Dari Asma binti Abu Bakar, bahwa Nabi saw pernah bersabda tentang darah haidh yg mengenai pakaian, “Hendaklah kerik darah itu, lalu gosok dengan air setelah itu dicuci, kemudian ia sholat dengannya (boleh dipakai lagi).”
No.35 Dari Abu Hurairah, Khaulah bertanya,” Ya Rasulullah, bagaimana jika tidak hilang darahnya?” Rasul menjawab, “Cukup bagimu (mencuci) dg air dan tidak mengapa bagimu bekas (darah)nya.”
Selanjutnya moderator meneruskan acara berikutnya, yakni kultum, kuliah tujuh menit… dan utk malam ini kultum akan disampaikan oleh ikhwah kita, akhi Iwan Erik…Beliau menyampaikan materi tentang urgensi berpegang teguh dengan Al Qur’an dan Sunnah Nabi… Selengkapnya… inilah uraiannya…
Dari Abu Najih al-‘Irbadh bin Syariyah, ia mengatakan, “ Rasulullah memberikan nasehat kepada kami dengan satu satu nasehat yang menggetarkan hati dan membuat mata menangis karenanya. Maka kami mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, seolah-olah ini adalah nasihat orang yang akan berpisah, maka berwasiatlah kepada kami.’ Beliau bersabda,’Aku wasiatkan kepada kalian agar bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat, meskipun yang memerintah kalian adalah seorang hamba sahaya. sesungguhnya barangsiapa yang masih hidup diantara kalian sepeninggalku, maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, wajib atas kalian berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin al Mahdiyyin (para khalifah yg lurus lagi mendapat petunjuk). Gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham. Dan hati-hatilah terhadap perkara-perkara yg diada-adakan (dalam agama), karena setiap bid’ah adalah kesesatan.’” (HR. Abu Dawud dan at Tirmidzi, dan ia mengatakan,“Hadistinihasanshahih).
Perintah mengikuti sunnah telah disampaikan dalam hadits diatas. Seperti kita ketahui bersama, hukum pada dien ini adalah Alqur’an dan Sunnah. Apa-apa yang tidak ada penjelasan dalam Al Qur’an maka akan kita ketahui dari apa yang disampaikan dan diamalkan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam melalui haditsnya, seperti adanya kewajiban bagi umat islam untuk menegakkan shalat yang diperintahkan oleh Allah melalui Al Qur’an maka untuk mengetahui kaifiyat/tata cara dan waktunya maka diperoleh dari penjelasan hadits.
Alhafidz Imam As Suyuthi berkata bahwa Al-Qur’an membutuhkan As-Sunnah adalah bahwa As-Sunnah menerangkan Al-Qur’an, As-Sunnah merinci segala ungkapan yang bersifat umum dalam Al-Qur’an, karena ungkapan dalam Al-Qur’an adalah ringkas dan padat hingga dibutuhkan seseorang yang mengetahui hal-hal yang tersembunyi dalam Al-Qur’an untuk diketahui dan yang mengetahui hal itu tidak lain hanyalah manusia yang diturunkan kepadanya Al-Qur’an yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah yang dimaksud dari ungkapan bahwa As-Sunnah memutuskan (menetapkan) Al-Qur’an, dan Al-Qur’an diturunkan bukan untuk menerangkan As-Sunnah dan bukan untuk memutuskan (menetapkan) As-Sunnah, karena As-Sunnah sudah jelas dengan sendirinya, karena As-Sunnah belum sampai pada derajat Al-Qur’an dalam hal keringkasan dan dalam hal keajaibannya, karena As-Sunnah merupakan penjelasan Al-Qur’an, dan sesuatu yang menerangkan harus lebih jelas, lebih terang dan lebih mudah daripada yang diterangkan. Wallahu a’lam.
Maka dari itu untuk mengikuti sunnah rasul adalah kewajiban bagi umat ini tanpa adanya pengurangan atau melebih-lebihkan maknanya. Mentaati Rasul maka menjadi bagian mentaati Allah.
Al-Baihaqi berkata : ” Bahwa keterangan tentang ketaatan kepada Allah adalah dengan mentaati utusan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Artinya : Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menetapi janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar”. [Al-Fath : 10]
Dan firman-Nya.
“Artinya : Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah”. [An-Nisaa : 80]
Syaikh Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani dalam kitabnya Mengupas Sunnah, Membedah Bid’ah memberikan pengertian, Sunnah itu memiliki penganut. Dan para penganutnya memiliki aqidah atau keyakinan dan selalu bersatu di atas kebenaran yaitu Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Sunnah secara bahasa artinya adalah jalan atau riwayat hidup, baik ataupun buruk. Sementara sunnah menurut istilah para ulama aqidah Islam adalah petunjuk yang dijalani oleh Rasulullah dan para sahabat beliau ; dalam ilmu, amalan, keyakinan, ucapan dan perbuatan. Itulah ajaran sunnah yang wajib diikuti dan dipuji pelakunya, serta harus dicela orang yang meninggalkannya. Oleh sebab itu dikatakan ; si Fulan temasuk Ahlus Sunnah. Artinya, ia orang yang mengikuti jalan yang lurus dan terpuji.
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menyatakan : “Sunnah adalah jalan yang dilalui, termasuk diantaranya adalah berpegang teguh pada sesuatu yang dijalankan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Al-Khulafa Ar-Rasyidun, berupa keyakinan, amalan dan ucapan. Itulah bentuk sunnah yang sempurna”. [Jami'ul Ulumiwal Hikam I : 120]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan : “Sunnah adalah sesuatu yang ditegakkan di atas dalil syari’at, yakni ketaatan kepada Allah dan RasulNya, baik itu perbuatan beliau, atau perbuatan yang dilakukan di masa hidup beliau, atau belum pernah beliau lakukan dan tidak pula pernah dilakukan di masa hidup beliau karena pada masa itu tidak ada hal yang mengharuskan itu dilakukan pada masa hidup beliau, atau karena ada hal yang menghalanginya”.[Majmu' Al-Fatawa oleh Ibnu Taimiyah XXI : 317]
Dengan perngertian itu, ahli sunnah wal jama’ah adalah orang-orang yang mengikuti jejak Rasulullah secara lahir dan batin, dan mengikuti jalan hidup orang-orang terdahulu dari generasi awal umat ini dari kalangan Al-Muhajirin dan Al-Anshar.
Syukron jazakalloh kepada akhi Iwan Erik atas taujihnya… semoga kita bisa mengambil hikmah dr apa yg beliau sampaikan…
Acara selanjutnya yakni materi inti yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Ing Hafid. Beliau menyampaikan materi ttg Hal-hal yang dapat membatalkan syahadat atau ke-Islaman kita,… Selengkapnya, ikuti aja yach…
“…Ada amalan-amalan yang bisa menjadikannya pembatal keislaman seseorang; antara lain :
Syirik dalam beribadah kepada Allah SWT
Syirik adalah termasuk dosa besar. Karena dia menyamakan Allah (sebagai khalik) dengan manusia atau benda (sebagai makhluk). Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa orang yang menyekutukan Dia dengan sesuatu, dan mengampuni dosa-dosa lainnya bagi yang Dia kehendaki.” (An-Nisa’: 116)
Menjadikan suatu benda (makluk) sebagai perantara antara dirinya dengan Tuhannya
Orang-orang seperti ini, biasanya selalu menempatkan benda-benda atau makhluk ciptaan Allah sebagai perantara antara dirinya dengan Allah. Misalnya dengan berdo’a atau memohon ampun dan meminta syafaat melalui benda itu. Baik melalui benda mati atau benda hidup. Termasuk manusia atau hewan sekalipun. Meminta kaya dengan keris atau jimat. Meminta diberi panjang umur, cepat mendapat jodoh melalui makam-makam orang yang sudah mati.
Di beberapa
Tidak mengkafirkan orang musyrik dan membenarkan madzab mereka.
Sikap Islam sudah jelas, orang musyrik adalah kafir. Sayangnya, perkembangan dunia sekarang ini justru terbalik. Hanya karena ingin sebutan kaum moderat atau entah karena kedekatan hubungan, sebagian kalangan Islam segan menyebut istilah musyrik dan kafir bagi orang yang keluar dari Islam. Sikap seperti ini merupakan salah satu pembatal keislaman.
Lebih mengutamakan hukum thoghut daripada hukum Allah dan petunjuk RasulNya
Sayidina Umar al-Khattab mengatakan, taghut adalah syaitan. Jabir menjelaskan bahwa taghut itu adalah tukang-tukang tenung yang turun padanya syaitan-syaitan. Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzi, taghut ialah setiap apa yang melampaui oleh seseorang hamba di dalam penyembahan, ikut dan taat, pada hukum selain yang diperintahkan dalam kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Siapa yang berhukum kepada taghut mereka kufur dengannya.
Imam Malik berkata, taghut ialah apa yg disembah selain Allah SWT.
Tidak menyukai, bahkan membenci sunnah Rasulullah SAW
Allah berfirman, Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena) mereka membenci (apa yang menimbulkan keridhaanNya; sebab itulah Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka.”
Mengejek atau memperolok dinullah (agama Allah), al-Islam, baik menyangkut pahala-Nya atau tentang berbagai ketentuan hukum-Nya
Kasus seperti ini sering terjadi. Entah bagi orang yang tidak mengerti agama atau yang mengenal sekalipun. Belakangan, sifat seperti itu justru terjadi pada orang-orang yang mengenal ilmu agama secara baik. Kebanyakan, orang-orang seperti ini adalah orang yang tidak memilik rasa percaya diri (PD) pada agamanya.
Karena bernafsu agar orang lain menyebutnya pluralisme atau eklusif, terkadang untuk agamanya sendiri mereka main-main dan memperolokkannya. Bahkan kalau perlu menjual agamanya demi kedekatan dengan orang lain yang sudah jelas berbeda agama dan hukum-hukumnya. Perlakuan seperti ini sudah membatalkan keislaman.
Allah berfirman, “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?” “Tidak usah kamu minta maaf, karena kafir sesudah beriman...” (QS. At-Taubah: 65-66).
Mempelajari, terpikat dan mengamalkan ilmu sihir (guna-guna)
Amalan seperti adalah amalan yang paling dibenci Allah. Karena itu dengan alasan apapun, jika seorang Muslim melakukannya, yakinlah, amalan itu telah membatalkan keislaman Anda.
Membantu dan menolong orang-orang Musyrik untuk memusuhi orang-orang Islam (kaum Muslimin)
Sejak hidup hingga mati, sikap Rasulullah Muhammad cuma satu. “Keras terhadap kaum kafir dan lembut terhadap Muslimin.” Tetapi, sebagaian dari kita (kaum Muslimin) ada yang justru menjadi ‘duri dalam daging’. Mereka hidup dan mengaku sebagai Muslim, tapi amalannya digunakan justru untuk memusuhi saudara-saudaranya seiman.
Banyak kasus tokoh-tokoh Islam --bahkan sebagian disebut ulama-- justru paling suka mengecam dan memojokkan kaum Muslimin dan hidupnya menjadi pembela orang-orang ghoirul Islam. Biasanya, mereka paling peka jika melihat sedikit kesalahan Muslimin dan menjadi pelindung orang ghoirul Islam.
Orang-orang seperti itu, kata Allah, sudah termasuk golongan dari mereka alias keluar dari Islam. “Dan barangsiapa diantara kamu mengambil mereka (Yahudi dan Nasrani) menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk ke dalam golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.” (QS. Al-Maidah: 51)
Menurut Qathlani, ciri-ciri orang yang seperti ini adalah; kaum Muslimin yang suka menyerahkan urusan Islam kepada orang musyrik dan mereka yang suka membela kedzaliman orang musyrik.
Rasulullah bersabda, “Mencaci maki sesama muslim adalah perbuatan yang fasik, dan membunuh orang muslim adalah perbuatan kafir.” (HR. Muslim)
“Barangsiapa yang berkumpul dengan orang-orang musyrik dan tinggal bersama nya maka sesungguhnya ia seperti mereka.” (HR. Abu Daud)
Berkeyakinan bahwa sebagaian manusia diperbolehkan tidak mengikuti syari’at Muhammad SAW
Kelompok seperti ini belakangan semakin hari semakin meningkat jumlahnya. Mereka merupakan kelompok orang yang hobi mengutak-atik agama Allah menurut selera akal mereka. Mereka, mendudukkan wahyu di atas akal mereka. Hujah yang sering mereka kemukakan adalah, “Muhammad adalah manusia biasa, karenanya, dia bisa salah.” Pernyataan itu kemudian mereka belokkan dengan bahasa lain; diperbolehkan tidak mengikuti syari’at Muhammad SAW. Dan mereka merusak sunnah-sunnah Nabi.
“Barangsiapa menghendaki selain Islam sebagai agama, maka tak akan diterima agama itu daripada-Nya, dan ia di akhirat tergolong orang-orang yang merugi.” (Q.S: Ali Imron:85)
Berpaling dari Dinullah (agama Allah) atau dari hal-hal yang menjadi syarat utama seorang Muslim
Syarat seorang Muslim sejati adalah melaksanakan ajaran agama Allah sesuai al-Qur’an dan Sunnah nya. Tetapi sebagaian orang --karena kesombongannya—mereka melakukan rekayasa akal dengan cara ‘menyelewengkan’ pesan Allah dalam al-Qur’an dan Sunnah-nya.
Mereka, biasanya bangga akan akalnya. Karenanya, mereka merasa, apa-apa yang sudah jelas diperintahkan oleh al-Qur’an tidak perlu dikerjakan jika tidak cocok dengan akalnya. Kesombongan mereka dihadapan Allah paling utama ketika mereka berusaha merubah al-Qur’an dan Sunnah karena dianggap tidak sesuai dengan akalnya.
Orang-orang seperti ini, biasanya mudah membuat dan merekayasa hukum Allah untuk disesuaikan dengan akalnya. Entah hukum soal menikah, waris, talak, haji dan sebagainya.
“..dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-KU dengan harga sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Q.S: al-Maidah: 44).
Sumber: Fath al-Majid dan buku “Memurnikan Laa Ilaaha Illallah”, Muhammad Said al-Qathlani, Muhammad Bin Abdul Wahab dan Muhammad Qutb, (GIP).
Begitulah rangkaian acara demi acara dilalui dengan penuh cinta…. Ayat-ayat Cinta terus mengalun dalam hati-hati kami… tak tergoyahkan oleh laskar pelangi…
Sebelum acara ditutup maka ditentukan dulu petugas dan tempat liqo’ pekan depan.
Insya Allah utk tempat.. pekan depan di Wisma Asri Nan Damai di Pabuaran
Petugas…Moderator : Akhi Iman Sadesmesli
Pembaca Kitab Hadits : Akhi Muh. Nurman
Kultum : Akhi Erfan Dany S
Demikian liputan tematik kajian pekanan cowok bakos class ’07. Dari pojok Biro Renum, reporter bang_mamet melaporkan.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
1 comment:
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
Post a Comment