Thursday, October 16, 2008

Keutamaan Majelis Dzikir

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Allahuma baariklana fi Rajaba wa Sya'ban wa balighnaa Ramadhan

“... Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan...”

Tiada terasa saat ini kita telah sampai di hari ke-8 di Bulan Rajab… aroma wewangian Ramadhan kian santer harum tercium oleh hati yang dahaga akan perjumpaan dengannya. Sudahkah kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan sang tamu agung, Ramadhan Mubarokah…

Ikhwati fillah, Saudaraku yg dimuliakan Allah, kembali kami ingin menyampaikan pelaksanaan liqo’ tadi malam (10 Juli 2008) dilaksanakan di Wisma Pabuaran Asri di Pabuaran dan dimulai sekitar jam 20.00-an, semoga ada manfaat yg bisa diambil…

Hadir dlm liqo’ ini akhi-akhi kita :

1. Iwan Erik

2. Slamet Turseno

3. Iman Sadesmesli

4. Erfan Dany

5. Muh. Nurman

6. Bisma

7. Isa

Akhunal kiroom, akhi Ari Susanto masih tidak bisa hadir. karena sedang tugas lapangan ke Wonosobo, semoga Allah selalu melindungi dan memperlancar urusannya akhi kita satu ini…Mas Tommy…? Kemana atuh, gak kasih kabar berita? Ditunggu-tunggu loh…(mendoannya☻Temen2 sangat cemas loh…!

Untuk liqo’ kali ini, yang bertugas sebagai moderator adalah Kang_Mamet…

Moderator memulai majelis dengan mengucap hamdalah kepada Allah SWT, shalawat kepada Rasul_Nya dan mengajak kita semua untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita…

Acara pertama adalah tilawah Al Qur’an yg masing2 peserta membaca setengah halaman dari Al Qur’an …

Yg lainnya menyimak dg seksama dan membetulkan jika ada bacaan yg kurang pas tajwidnya… acara tilawah ditutup dg sedikit pemahaman ttg tajwid.

Acara selanjutnya yakni mengkaji kitab kuning… malam ini pembacaan kitab hadits diamanahkan kepada akhi Bisma,

Beliau menyampaikan masih di Bab Sifat Wudlu Nabi SAW yg termaktub dlm Kitab Bulughul Maarom karya Syaikh Ibnu Hajar Al Asqolany…Yakni berkaitan sunnahnya berkumur-kumur dlm wudhu, bersungguh-sungguh dalam memasukkan air ke hidung pd saat wudhu… dan menyelat jenggot bagi ikhwan yg berjenggot…

Agenda berikutnya yakni Infak Majelis, secara sukarela utk melatih rasa simpati dan empati… Tentunya dimaksudkan agar kita menjadi orang2 yg mudah memberikan pertolongan bagi yg membutuhkan… Dana infak dipegang oleh bendahara infak, akhi Iman S.

Selanjutnya moderator meneruskan acara berikutnya, yakni KULTUM. Pada mlm hari ini, kultum disampaikan oleh akhi Muh. Nurman. Beliau menyampaikan tentang cirri-ciri mu’min sejati…

Patut direnungkan, apakah kita termasuk di dalamnya atau tidak. Beruntunglah kita bila cirri-ciri itu melekat pd diri kita, sebaliknya, celakalah kita bila kita ternyata jauh dari cirri-ciri mu’min sejati… karena iman adl sebaik-baik bekal menuju hari kebangkitan…

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.” (al-Hujurat:15)

Tiada suatu pun dalam kehidupan ini yang lebih berharga bagi manusia daripada iman. Dengan bekal iman yang benar, seseorang akan bisa merasakan indahnya kehidupan dunia dan nikmatnya kehidupan akhirat. Sebab dalam hidup ini berlaku dua rumus paten, orang yang mati tetap memegangi imannya ia akan masuk sorga dengan segala keindahannya, dan orang yang mati tidak memiliki iman ia akan masuk neraka dengan segala kepedihannya.

Meskipun kaidah ini sudah difahami oleh kebanyakan orang, tetapi dalam realitasnya banyak yang kurang bisa menerapkan teori ini dengan benar. Mereka itu mengaku beriman baru sebatas pengakuan lisan, tetapi hati dan amalnya kurang siap menerima iman yang sudah diikrarkan secara lisan tersebut. Golongan seperti itu dalam Islam disebut dengan golongan munafik. Dan adanya golongan ini disebutkan di dalam firman Allah “Dan di antara manusia ada orang yang mengatakan ‘Kami telah beriman kepada Allah’ tetapi sebenarnya mereka itu tidak beriman” (al-Baqarah:8).

Di sini kita melihat bahwa persoalan iman adalah soal yang pelik. Padahal ia menjadi tolok ukur keselamatan manusia di akhirat nanti. Melihat pentingnya persoalan ini maka wajar jika Allah menjelaskan tentang hakekat keberimanan seseorang di dalam al-Qur’an. Tentu tujuanya adalah supaya manusia tidak kesulitan mencari penduan hidup baginya.

Banyak ayat di dalam al-Qur’an telah menyebutkan ciri-ciri orang yang beriman. Di antara ayat yang menyebutkan ciri-ciri mereka terdapat di dalam surat al-Hujurat ayat 15.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar. (al-Hujurat:15)

Ayat di atas diawali dengan kata innama. Kata innama berfungsi untuk membatasi kata yang terletak sesudahnya. Dalam ayat ini yang dibatasi adalah istilah al-mu’minun (orang-orang yang beriman). Maksudnya, orang-orang mukmin itu hanyalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat sebagaimana yang disebutkan di dalam lanjutan ayat tersebut.

Kemudian di akhir ayat tersebut Allah menegaskan sekali lagi, bahwa orang beriman yang memiliki sifat tersebut adalah mereka yang benar-benar beriman. Sifat-sifat itu adalah;

1. Beriman kepada Allah dan RasulNya

Istilah beriman bukan sekedar percaya. Jika maksud beriman sekedar percaya, maka iblis pun termasuk orang yang beriman kepada Allah. Sebab Iblis sangat percaya adanya Allah dengan segala sifatNya. Beriman maksudnya adalah percaya di dalam hatinya, lisannya mengucapkan kepercayaannya, dan anggota tubuh yang lain mengamalkan konsekuensi dari keimanannya.

Dari batasan ini, beriman kepada Allah dan RasulNya, adalah meyakini di dalam hati, lisannya mengucapkan dua kalimah syahadat, dan seluruh gerak hidupnya merupakan perwujudan dari ketaatan kepada Allah dan RasulNya.

2. Tidak ragu-ragu

Keraguan terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasulullah sebagai ajaran dari Allah menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Demikian juga, keraguan terhadap benarnya ajaran itu juga membatalkan keimanannya. Maka orang yang beriman meyakini dengan sepenuh hati kebenaran ajaran Allah dan RasulNya. Ajaran itulah ajaran yang benar. Tidak ada kebenaran hakiki di luar ajaran yang diajarkan oleh Allah dan RasulNya.

3. Berjihad dengan harta dan jiwa

Jihad artinya adalah bersungguh-sungguh. Kesungguhan merupakan buah dari kemantapan hati terhadap sesuatu yang diyakininya. Orang yang tak yakin tak akan sanggup melakukan sesuatu dengan segala kesungguhan hati. Kalaupun ia mengamalkannya maka ia akan mengamalkan dengan setengah hati. Tetapi jika ia meyakini dengan keyakinan yang penuh, ia akan bisa mengamalkan dengan sepenuh hati, dan dengan segala kecintaannya. Demikianlah, buah dari mantapnya keyakinan, dan tidak adanya keraguan sedikitpun, ia mantap dalam mentaati perintah Allah dan RasulNya, serta menjauhi larangan Allah dan RasulNya. Meski apapun yang akan menimpanya, kemantapannya tidak akan menyurutkannya dari mentaati Allah dan RasulNya.

Manusia memiliki kecenderungan menyukai sesuatu yang identik dengan dirinya. Ia akan menyukai orang lain yang memiliki banyak persamaannya dengan dirinya. Demikian juga dalam masalah keimanan ini. Ia akan merasa senang jika orang lain memiliki keimanan seperti dirinya. Terlebih lagi bahwa keimanan ini akan menyelamatkan, maka ia akan berusaha supaya orang lain pun selamat, karena memiliki keimanan itu. Aktifitas membawa orang lain untuk mengikuti apa yang diyakininya merupakan langkah selanjutnya dari jihadnya. Seorang mukmin harus melakukan tugas ini.

Jika orang lain menentang ajakannya, bahkan berusaha menghalangi usahanya untuk menebar rahmat, ia tidak boleh diam. Dengan segala daya upaya ia harus lakukan untuk mengamankan misi penting itu. Bahkan jika perlu mengangkat senjata untuk membela agamanya, maka itu akan dilakukannya juga. Inilah puncak dari jihad fi sabilillah, sebagaimana sabda Rasulullah saw

رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ

Pokok persoalannya adalah Islam, pilar penyangganya adalah shalat, dan puncak tertingginya adalah jihad (HR at-Tirmidzi)

Syukron jazakalloh utk akh Muh. Nurman atas taujihnya… semoga kita bisa mengamalkannya…. Amin

Meniti acara inti yakni materi utama yg utk kali ini akan disampaikan oleh Ustadz Sarwono, yg menggantikan sementara Ust. Dr. Ing Khafid… Ustadz Sarwono dari Dep. Kelautan dan Perikanan ini menyampaikan materi tentang keutamaan majelis dzikir…

….Dari Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkahi lagi Maha Tinggi memiliki banyak malaikat yang selalu mengadakan perjalanan yang jumlahnya melebihi malaikat pencatat amal, mereka senantiasa mencari majelis-majelis zikir. Apabila mereka mendapati satu majelis zikir, maka mereka akan ikut duduk bersama mereka dan mengelilingi dengan sayap-sayapnya hingga memenuhi jarak antara mereka dengan langit dunia. Apabila para peserta majelis telah berpencar mereka naik menuju ke langit. Beliau melanjutkan: Lalu Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung menanyakan mereka padahal Dia lebih mengetahui daripada mereka: Dari manakah kamu sekalian? Mereka menjawab: Kami datang dari tempat hamba-hamba-Mu di dunia yang sedang mensucikan, mengagungkan, membesarkan, memuji dan memohon kepada Engkau. Allah bertanya lagi: Apa yang mereka mohonkan kepada Aku? Para malaikat itu menjawab: Mereka memohon surga-Mu. Allah bertanya lagi: Apakah mereka sudah pernah melihat surga-Ku? Para malaikat itu menjawab: Belum wahai Tuhan kami. Allah berfirman: Apalagi jika mereka telah melihat surga-Ku? Para malaikat itu berkata lagi: Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu. Allah bertanya: Dari apakah mereka memohon perlindungan-Ku? Para malaikat menjawab: Dari neraka-Mu, wahai Tuhan kami. Allah bertanya: Apakah mereka sudah pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat menjawab: Belum. Allah berfirman: Apalagi seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat itu melanjutkan: Dan mereka juga memohon ampunan dari-Mu. Beliau bersabda kemudian Allah berfirman: Aku sudah mengampuni mereka dan sudah memberikan apa yang mereka minta dan Aku juga telah memberikan perlindungan kepada mereka dari apa yang mereka takutkan. Beliau melanjutkan lagi lalu para malaikat itu berkata: Wahai Tuhan kami! Di antara mereka terdapat si Fulan yaitu seorang yang penuh dosa yang kebetulan lewat lalu duduk ikut berzikir bersama mereka. Beliau berkata lalu Allah menjawab: Aku juga telah mengampuninya karena mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk bersama mereka ….

Syukron Ustadz, atas taujihnya semoga kita bisa mengambil manfaatnya Amin…

Begitulah rangkaian acara demi acara dilalui dengan penuh cinta….

Sebelum acara ditutup maka ditentukan dulu petugas dan tempat liqo’ pekan depan.

Insya Allah utk tempat.. pekan depan di Rumah Mas Tommy Kampung Kandang

Petugas…Moderator : Akhi Ari Susanto

Pembaca Kitab Hadits : Akhi Erfan Dhani

Kultum : Akhi Bisma

Demikian liputan tematik kajian pekanan cowok bakos class ’07. Dari pojok Biro Renum, reporter kang_mamet melaporkan.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

No comments: