Thursday, October 16, 2008

Kampung Kandang... A Memorable of Experience

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, setelah dua pekan tidak bertemu di majelis liqo’at, kamis sore kemarin kerinduan bertemu saudara di majelis yg diberkahi terlaksana juga. Dalam suasana Syawalan paska Ramadhan yg sangat damai dan sejuk utk beribadah, suasana saling nasihat menasihati dan saling memberi semangat… sangat kuat terasa di dada. Meski sempat diguyur hujan lebat dan petir yang menyambar-nyambar menggetarkan jiwa, namun tidak menyurutkan langkah-langkah Para Pencari Tuhan…

Hadir dlm liqo’ kemarin di kontrakan Ari di Kampung Kandang (16 Oktober 2009) akhi-akhi kita :

1. Slamet Turseno

2. Erfan Dany

3. Tomy Nautico

4. Bisma

5. Muh. Nurman

6. Ari Susanto

7. Dany Hidayana

Untuk liqo’ kali ini, yang bertugas sebagai moderator adalah akhi Slamet…

Moderator memulai majelis dengan mengucap hamdalah kepada Allah SWT, shalawat kepada Rasul_Nya dan mengajak kita semua untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita…

Acara pertama adalah tilawah Al Qur’an yg masing2 peserta membaca setengah halaman dari Al Qur’an …

Yg lainnya menyimak dg seksama dan membetulkan jika ada bacaan yg kurang pas tajwidnya… acara tilawah ditutup dg sedikit pemahaman ttg tajwid. Kali ini pembahasan tentang hokum waqof…

Selanjutnya moderator meneruskan acara berikutnya, yakni KULTUM.

Pada sore hari kemarin, kultum disampaikan oleh akhi Ari Susanto. Beliau menyampaikan tentang Pembuktian Setelah Ramadhan...

Selengkapnya...
”...Bulan yang kaum muslimin berpuasa di siang hari dan bertaraweh pada malam hari.
Bulan yang kaum muslimin isi dengan amal-amalan ketaatan. Belum lama berlalu, kaum muslimin berada dalam bulan yang penuh barakah. Bulan yang kaum muslimin berpuasa di siang harinya dan bertaraweh pada malam harinya. Bulan yang kaum muslimin isi dengan amal-amalan ketaatan.

Kini, bulan itu telah meninggalkan kita. Ia akan menjadi saksi dihadapan Allah swt atas segala yang telah kita perbuat pada bulan tersebut. Segala perbuatan, baik yang berupa amal ketaatan maupun kemaksiatan yang telah dilakukan. Naka sudah tidak tersisa dari bulan tersebut kecuali catatan amal yang akan diperlihatkan kepada kita pada hari akhir nanti. Firman Allah swt :

Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran : 30)

Ibarat seoerang pedagang yang telah selesai melakukan perniagaan, maka ia tentunya akan menghitung, berapa keuntungan atau kerugian yang ia dapatkan. Begitu pula kiranya yang harus dilakukan oleh kaum muslimin, orang-orang yang beriman kepada hari akhir selepas bulan Ramadhan.

Allah swt telah berjanji akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu dengan berpuasa dan sholat taraweh karena iman dan mengharapkan ganjaran darinya. Dan pada bulan tersebut, Allah swt bebaskan orang-orang yang berhak untuk disiksa sehungga ia bebas darinya. Yaitu bagi mereka yang bertaubat kepadanya dengan taubat yang sebenar-benarnya.

Oleh karena itu, sudah selayaknya bagi kaum yang berfikir bermuhasabah terhadap dirinya; sudahkah bulan tersebut dijadikan saat untuk bertaubat kepada-Nya? Ataukah kemaksiatan masih berlanjut pada bulan yang penuh ampunan tersebut? Jika demikian halnya ia terancam dengan sabda Rasululah saw :

Dan rugilah orang yang bertemu dengan bulan Ramadhan namun belum mendapatkan ampunan ketika berpisah dengannya.”(HR. Ahmad dan At-Tirmidzi beliau mengatakan hadits hasan gharib)

Namun, bukan berate sudah tidak ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Karena ampunan-Nya tidaklah di bulan Ramadhan saja. Bahkan selama ajal belum sampai ke tenggorokan, kesempatan bertaubat masih terbuka lebar. Meskipun bukan beraarti seseorang boleh menunda-nundanya. Semestinyalah ia segera melakukannya. Karena kematian bisa datang dengan tiba- tiba dalam waktu yang tidak disangka-sangka. Dan seandainya seseorang mengetahui kapan waktu kematiannya, maka haruslah difahami pula bahwa taubat adalah pertolongan dan taufiq dari Allah swt. Sehingga tidak bisa seseorang memastikan dirinya akan mampu bertaubat sebelum ajal menjalaninya.

Seperti Abu Thalib, paman Nabi saw. Ia tidak bisa bertaubat di akhir hayatnya, padahal yang mengingatkannya adalah manusia terbaik di seluruh dunia yaitu Muhammad saw. Oleh karenanya bersegeralah senantiasa bertaubat atas segala dosa yang telah dilakukan sehingga kita dibersihkan kembali oleh-Nya. Firman Allah swt :

Sesungguhnya Taubat di sisi Allah hanyalah Taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang Kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah Taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. bagi orang-orang itu Telah kami sediakan siksa yang pedih. (QS.An-Nisa : 17-18)

Adapun yang telah memanfaatkan Ramadhan dengan amal sholeh, sudah selaknyalah bersyukur kepada Allah swt dan bermohon diberikan keistiqamahan untuk melanggengkan amalan tersebut. Dan, tidak selayaknyalah kita berbangga diri atas banyaknya amalan yang telah kita lakukan bahkan merasa sebagai orang yang paling hebat. Karena kita tidak mengetahui apakah amal sholeh kita itu diterima ataukah tidak oleh Allah swt. Selain itu, tidaklah kita mampu menunaikan ibadah ketaatan kepada-Nya kecuali atas pertolongan dari-Nya.

Bahkan, apabila kita menghitung segala rahmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita dan merasa cukup dengan amalan-amalan kebaikan yang telah dilakukan, sungguh tidaklah setara. Selayaknyalah sebagai seorang abid berlaku tawadlu dan tidak merasa paling baik. Karena itulah sifat-sifat seorang yang beriman, yaitu ia dengan sungguh-sungguh beribadah kepada-Nya namun senantiasa merasa takut kepada Allah swt akan kekurangan dirinya dalam beramal. Firman Allah Swt :

Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, (QS. Al-Mu’minun : 60)

Saudaraku yang semoga dirahmati Allah swt, ketahuilah bahwa Allah swt yang kita ibadahi di bulan Ramadhan adalah yang kita ibadahi pula di luar bulan tersebut. Begitu pula rahmatnya tidaklah terputus dan berhenti dengan berlalunya bulan Ramadhan. Maka, doa yang senantiasa dipanjatkan kepada-Nya di bulan Ramadhan janganlah kita tinggalkan selepasnya. Begitu pula , tilawah al-Qur’an yang senantiasa kita lakukan pada bulan Ramadhan, janganlah kita tinggalkan setelah berlalunya bulan tersebut. Bahkan ibadah puasa pun semestinya kita lakukan meskipun diluar bulan tersebut. Karena masih banyak puasa-puasa sunnah yang memiliki keutamaan yang besar bagi orang yang melaksanakannya. Begitu juga dengan sholat malam, adalah amalan yang harus kita pertahankan, meskipun hanya mampu beberapa rakaat saja. Terjaganya shalat malam adalah salah satu sifat wali-wali Allah swt. Sebagaimana firmannya:

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang kami berikan. (QS.As-Sajdah : 16)

Juga, bersemangatlah menjadi bagian pengemban dakwah, menyeru manusia untuk kembali kepada Islam, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah perkara yang munkar, karena jalan itulah yang akan menjadikan kita sebagai orang yang diberikan keberuntungan oleh-Nya. Sebagaimana firmannya

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS.Ali Imran : 104).

Terakhir, semoga amalan kita diterima Allah swt dan diberikan kekuatan untuk melanggengkan dan meningkatkannya di bulan-bulan yang akan datang . Dan mudah-mudahan Allah swt mengampuni segala kesalahan kita.

[Ibnu Khaldun Aljabari, Syawal,5, 1429 H]

Acara selanjutnya yakni mengkaji kitab kuning… malam ini pembacaan kitab hadits diamanahkan kepada akhi Bisma… diambilkan dari kitab berjudul Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al ‘Asqolani.

Beliau menerangkan tentang Bab Waktu Sholat.

Selengkapnya klik http://rukyatulhilal.org/jadwalshalat.html.

Acara selanjutnya yakni materi inti yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Ing. Khafid, beliau mengupas panjang lebar tentang waktu sholat. Kebetulan beliau adalah anggota tim ru’yatul hilal nasional Dep. Agama. Setelah itu materi dilanjutkan dengan materi urgensi tarbiyah...

Tarbiyah, Sebuah Proses Pembentukan

Tarbiyah… sebenarnya apa tujuan dari tarbiyah itu? Baik murobbi maupun mutarobbi seharusnya paham akan tujuan tarbiyah sehingga tarbiyah tidak hanya sekedar rutinitas tapi ada target atau tujuan yang dicapai.

Pengertian Tarbiyah secara bahasa tansyiah (pembentukan), riayah (pemeliharaan), tanmiyah (pengembangan), dan taujih (pengarahan)
Maka proses tarbiyah yang kita lakukan dengan menggunakan sarana dan media bermacam-macam, seperti halaqah, tatsqif, ta’lim fil masjid, mukhoyyam, lailatul katibah dan lainnya harus memperhatikan empat hal di atas sebagai langkah-langkah praktis untuk sampai pada tujuan strategis, yaitu terbentuknya pribadi muslim atau shalih mushlih.

1.Tansyi’ah (Pembentukan)

Dalam proses tansyi’ah harus memperhatikan tiga sisi penting, yaitu:
a. Pembentukan ruhiyah ma’nawiyah

Pembentukan ruhiyah ma’nawiyah dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan ibadah seperti qiyamul lail, shaum sunnaah, tilawah Qur’an, dzikir, dan lain-lain. Para murabbi harus mampu menjadikan sarana-sarana tarbiyah ruhiyah semisal mabit, lailatul katibah, jalasah ruhiyah, dalam membentuk pribadi mutarobbi pada sisi ruhiyah ma’nawiyahnya dirasakan serta disadari oleh mutarobbi bahwa ia sedang menjalani proses pembentukan ma’nawiyah ruhiyah. Jangan sampai mabit hanya untuk mabit.

b. Pembentukan fikriyah tsaqafiyah

Sarana dan media tarbiyah tsaqofah harus dijadikan sebagai sarana dan media yang dapat membentuk peserta tarbiyah pada sisi fikriyah tsaqafiyah, jangan sampai tatsqif untuk tatsqif dan ta’lim untuk ta’lim, tetapi harus jelas tujuannya bahwa tatsqif untuk pembentukan tasaqofah yang benar dan utuh, ta’lim untuk tsaqofah fid dien dan ini harus disadari dan dirasakan oleh murabbi dan mutarobbi.

c. Amaliyah harakiyah

Proses tarbiyah selain bertujuan membentuk pribadi dari sisi ruhiyah ma’nawiyah dan fikriyah tsaqafiyah juga bertujuan membentuk amaliyah harakiyah yang harus dilakukan secaa bebarengan dan berkisanambungan seperti kewajiban rekruitmen dengan da’wah fardiyah, da’wah amah dan bentuk-bentuk nayrud tarbiyah lainnya, serta pengelolaan halaqoh tarbiyah yang baru sehingga sisi ruhiyah ma’nawiyah dan fikriyah tsaqofiyah teraktualisasi dan terformulasikan dalam bentuk amal nyata dan kegiatan riil serta dirasakan oleh lingkungan dari masyarakat luas.

2.Ar-Riayah (Pemeliharaan)

Kepribadian Islami yang sudah atau muai terbentuk harus dijaga dan dipelihara ma’nawiyah, fikriyah tsaqofiyah dan amaliyahnya dan ditaqwin (dievaluasi) sehingga jangan sampai ada yang berkurang, menurun atau melemah. Dengan demikian kualitas dan kuantitas ibadah ritual, wawasan konseptual, fikrah dan harakah tetap terjaga dan terpelihara dengan baik. Tidak ada penurunan dalan tilawah yaumiyah, qiyamul lail, shaum sunnah, baca buku, tatsqif, liqoat tarbiyah dan aktifitas da’wah serta pembinaan kader.

3. At-Tanmiyah (Pengembangan)

Dalam proses tarbiyah, murabbi dan mutarobbi tidak boleh puas dengan apa yang ada dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, apalagi menganggap sudah sempurna. Murobbi dan mutarrobbi yang baik adalah murobbi dan mutaroobi yang selalu memperbaiki kekurangan dan kelemahan serta meningkatkan kualitas, berpandangan jauh ke depan, bahwa tarbiyah harus siap dan mampu menawarkan konsep perubahan dan dapat mengajukan solusi dan berbagai permasalahan umat dan berani tampil memimpin umat. Oleh karenanya kualitas diri dan jama’ah merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan dalam proses tarbiyah.

4.At-Taujjh (Pengarahan) dan At-Tauzif (Pemberdayaan)

Tarbiyah tidak hanya bertujuan untuk melahirkan manusia yang baik dan berkualitas secara pribadi namun harus mampu memberdayakan dan kualitas diri untuk menjadi unsure perubahan yang aktif dan produktif (Al muslim as shalih al mushlih).

Murobbi dapat mengarahkan, memfungsikan dan memberdayakan mutarobbinya sesuai dengan bidang dan kapasitasnya. Mutarobbi siap untuk diarahkan, ditugaskan, ditempatkan dan difungsikan, sehingga dapat memberikan kontribusi riil untuk da’wah, jama’ah dan umat, tidak ragu berjuang dan berkorban demi tegaknya dienul Islam.

“Dan di antara orang-orang yang beriman itu ada orang-orang yang menjadi apa yang mereka telah janjikan kepada Allah, maka di anatra mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya (QS….)

Indikasi keberhasilan tarbiyah bisa dilihat pada peran dan kontribusi kader dalam penyebaran fikrah, pembentukan masyarakat Islam, memerangi kemungkaran, memberantas kerusakan dan mampu mengarahkan dan membimbing umat ke jalan Allah. Serta dalam keadaan siap menghadapi segala bentuk kebatilan yang menghadang lajunya da’wah Islam

“Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu Telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.” (QS. 9:111)

Semoga Allah selalu bersama kita dan kemenangan memilih kepada kita.
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad:7)

Begitulah rangkaian acara demi acara dilalui dengan penuh cinta….

Ketika Cinta Bertasbih, maka duri jadi mawar, cuka jadi anggur, sedih jadi riang dan amarah jadi ramah…

Sebelum acara ditutup maka ditentukan dulu petugas dan tempat liqo’ pekan depan.

Insya Allah utk tempat.. pekan depan di Pabuaran, Wisma Asri Empat Sekawan.

Petugas…Moderator : Akhi Iman

Pembaca Kitab Hadits : Akhi Isya

Kultum : Akhi Iwan

Demikian liputan tematik kajian pekanan cowok bakos class ’07. Dari pojok Biro Renum, reporter bang_mamet melaporkan.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

No comments: