Thursday, October 16, 2008

Meraih Cinta Illahi, Indahnya Kebersamaan dalam Liqo' Pekanan

Meraih Cinta Illahi

Munsyid : Rijalulihsan Smkaka

Bermula dari hati yang suci
Dalam meraih cinta Illahi
Damba kasih Allah cinta Rasulullah
Penyemai di jiwa penawar di hati

Dalam mencari redha Illahi
Hiasilah dengan akhlak terpuji
Al-Quran As- Sunnah jadi pegangan
Hidup bahagia dunia akhirat

Teguh keyakinan
Lentur keimanan
Sujud pada tuhan yang satu

Ungkapkan doa
Tingkatkan amalan
Moga beroleh rahmat Illahi

Ku panjatkan syukur padamu
Ku rebahkan kesaksian ini
Agar diri terpelihara
Dari nafsu yang durjana
Moga menjadi mukmin sejati

Cinta agung ibarat cahaya
Penyuluh di jiwa penawar di hati
Kasih sayang penghubung hati
Mengikat kembali tali persaudaraan

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Sebelumnya saya memohon maaf, agak terlambat meng-upload hasil kajian malam Jum’at ini dikarenakan komputernya menderita sakit karena virus sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Kembali makna demi makna dari cinta sejati selalu kami coba hadirkan dalam setiap liqo’ yang diadakan setiap malam jum’at sehingga harapan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi semakin terasa dan semakin dapat menyemangati jiwa-jiwa kami terutama tatkala beban-beban hidup dating tiada terduga…

Malam Jum’at kemarin (Kamis, 10 April 2008) acara liqo’ atau pengajian pekanan cowok bakos class ’07 terlaksana dengan penuh cinta di Wisma Asri Pandawa Lima di Kelurahan Pabuaran…

Hadir dlm liqo’ ini akhi-akhi kita :

- Ari Susanto

- Iwan Erik

- Slamet Turseno

- Iman Sadesmesli

- Erfan Dany

- Nurman

- Aldi (PKL), dan

- Billy (PKL)

…. Tommy Kemana? (katanye’ she ketiduran… he he… kecape’an yach… oche dech kite’ tunggu dech malem jum’at besok.. J) Yang lain-lain, kite-kite tunggu juga loh…!

Ocre, seperti biasa acara dimulai sekitar jam delapan malam.

Untuk liqo’ kali ini, akhi Bisma yang bertugas sebagai moderator…

Kang Moderator memulai majelis dengan mengucap hamdalah kepada Allah SWT, shalawat kepada Rasul_Nya dan mengajak kita semua untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita…

“…Sebuah kenikmatan yang luar biasa bahwa Allah SWT telah memilih kita untuk hadir di majelis yang mulia ini. Kita adl orang-orang yang terpilih saudara…Dipilih Allah SWT untuk dpt merasakan keindahan taman-taman surga, bukankah Rasulullah SAW telah menyampaikan titahnya kepada kita, “Jikalau kalian melewati taman2 surga maka ikutilah jamuannya..Dan taman2 surga itu adl majelis2 ilmu dan majelis dzikir”. Kita jaga kepercayaan yg Allah berikan dg keistiqomahan kita dan kebulatan tekad kita utk memperbaiki diri, mengenal dien/agama ini dg lebih baik lagi, saling nasihat menasihati dan mengeratkan persaudaraan kita selaku ummat Muhammad SAW…” Demikian kurang lebih kalimat pembuka yang disampaikan oleh akhi Bisma selaku moderator…

Acara pertama adalah tilawah Al Qur’an yg masing2 peserta membaca setengah halaman dari Al Qur’an standar timur tengah…

Yg lainnya menyimak dg seksama dan membetulkan jika ada bacaan yg kurang pas tajwidnya… acara tilawah ditutup dg sedikit pemahaman ttg tajwid. Bgm hukum idzhar, ikhfa, qolqolah, dll

Acara selanjutnya yakni mengkaji kitab kuning… malam ini pembacaan kitab hadits diamanahkan kepada seorang ustadz muda yg kalem, berpenampilan tenang tetapi sangat menghanyutkan. Seorang pengelana dari tanah Andalas yang datang ke tanah Jawa untuk berguru ilmu. Dan sekarang sedang mengemban amanah dari negara untuk mengabdikan ilmunya di bakosurtanal. Beliaulah Al Ustadz Akhuna Fadhil Iman Sadesmesli Al Falambangy.

Inilah petikan hadits yg disampaikan dg mengharu biru oleh beliau, diambilkan dari kitab berjudul Bulughul Maram Bab Thaharah karya Ibnu Hajar Al ‘Asqolani.

“… Dari Abu Hurairah, ia berkata, telah bersabda Rasulullah,’ Apabila masuk lalat ke dalam minuman seseorang dari kamu, maka hendaknya ia benamkan ia, kemudian keluarkan lalat itu, karena pada lalat itu di satu sayapnya ada penyakit dan di sayap lainnya ada penawarnya….”

Inilah ilmu Allah SWT… Adakalanya Dia tunjukkan hikmahnya kepada kita dan terkadang ada yg belum Dia tunjukkan kepada kita. Adakalanya itu dimaksudkan sebagai ujian keimanan bagi kita. Artinya sepanjang hadits itu memenuhi syarat-syarat hadits shahih maka kita wajib utk mempercayainya dan mengikutinya. Semoga Allah SWT hindarkan kita dari menuhankan akal kita. Amin…”

Selanjutnya moderator meneruskan acara berikutnya, yakni kultum, kuliah tujuh menit… dan utk malam ini kultum juga akan disampaikan oleh seorang ustadz muda, -masih sangat muda- tetapi ilmunya subhanallah… Sering nonton kuliah subuh di Indosiar dan RCTI kan… beliau termasuk penonton setianya…J. Beliau adalah Fadhilatul Ustadz Akhunal Karim Ari Sutanto Al Jogjayi.

Ustadz muda kita ini dengan penuh kekhusyu’an, berusaha menyentuh hati kita semua… mengingatkan berita besar yg akan menimpa kita semua… yah, suasana benar-benar begitu hening, dingin menyelimuti kalbu… tak ada yg bersuara, semua terdiam… seakan cecak di dindingpun ikut merasakan hawa kematian dari materi yg disampaikan ustadz kita ini… Yah… malam Jum’at itu… materi yg disampaikan adl tentang kematian… Kita Semua Akan Mati… maka pilihlah bgm kamu akan mati… Apakah ingin mati dlm keadaan sedang sujud atau mati di kafe dan diskotik… Andalah yg memilihnya… Subhanallah…. Begitu mengharukan dan sangat menggugah jiwa , semua mata berkaca-kaca… ada air mata yg tak tertahan, mengenang diri penuh dosa dan maksiat…hi hi hi….

Beberapa hal penting yg disampaikan…

MENGINGAT KEMATIAN !

Sesungguhnya kematian adalah haq, pasti terjadi, tidak dapat disangkal lagi. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,"Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya." (QS. Qaaf: 19)

Adakah orang yang mendebat kematian dan sakaratul maut? Adakah orang yang mendebat kubur dan azabnya? Adakah orang yang mampu menunda kematiannya dari waktu yang telah ditentukan?

Mengapa manusia takabur padahal kelak akan dimakan ulat? Mengapa manusia melampaui batas padahal di dalam tanah kelak akan terbujur? Mengapa berandai-andai, padahal anda mengetahui kematian akan datang secara tiba-tiba?


Ingatlah Penghancur Segala Kenikmatan!!

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan agar banyak mengingat kematian. Beliau bersabda, "Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan (maut)," (HR. At-Tirmidzi, hasan menurutnya). Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Para ulama kita mengatakan, ucapan beliau, “Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan”, merupakan ucapan ringkas tapi padat, menghimpun makna peringatan dan amat mendalam penyampaian wejangannya. Sebab, orang yang benar-benar mengingat kematian, pasti akan mengurangi kenikmatan yang dirasakannya saat itu, mencegahnya untuk bercita-cita mendapatkannya di masa yang akan datang serta membuatnya menghindar dari mengangankannya, sekalipun hal itu masih memungkinkannya.

Namun jiwa yang beku dan hati yang lalai selalu memerlukan wejangan yang lebih lama dari para penyuluh dan untaian kata-kata yang meluluhkan sebab bila tidak, sebenarnya ucapan beliau tersebut dan firman Allah ubhanahu wata’ala dalam surat Ali 'Imran ayat 185, (artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati) sudah cukup bagi pendengar dan pemerhati-nya.!!”

Siapa Orang Yang Paling Cerdik?

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata, “Aku pernah menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang ke sepuluh yang datang, lalu salah seorang dari kaum Anshor berdiri seraya berkata, “Wahai Nabi Allah, siapakah manusia yang paling cerdik dan paling tegas?” Beliau menjawab, “(adalah) Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka pergi (mati) dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat." (HR. Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri)


Faedah Mengingat Kematian

Di antara faedah mengingat kematian adalah:

- Mendorong diri untuk bersiap-siap menghadapi kematian sebelum datangnya.

- Memperpendek angan-angan untuk berlama-lama tinggal di dunia yang fana ini, karena panjang angan-angan merupakan sebab paling besar lahirnya kelalaian.

- Menjauhkan diri dari cinta dunia dan rela dengan yang sedikit.

- Menyugesti keinginan pada akhirat dan mengajak untuk berbuat ta'at.

- Meringankan seorang hamba dalam menghadapi cobaan dunia.

- Mencegah kerakusan dan ketamak-an terhadap kenikmatan duniawi.

- Mendorong untuk bertaubat dan mengevaluasi kesalahan masa lalu.

- Melunakkan hati, membuat mata menangis, memotivasi keinginan mempelajari agama dan mengusir keinginan hawa nafsu.

- Mengajak bersikap rendah hati (tawadhu'), tidak sombong, dan berlaku zhalim.

- Mendorong sikap toleransi, mema'afkan teman dan menerima alasan orang lain.


Perkataan Orang-Orang Bijak

§Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Umat sepakat bahwa kematian tidak memiliki usia tertentu, masa tertentu dan penyakit tertentu. Hal ini dimaksudkan agar seseorang senantiasa waspada dan bersiap-siap menghadapinya.”

§Yazid Ar-Raqqasyi rahimahullah berkata kepada dirinya, “Celakalah engkau wahai Yazid! Siapa orang yang akan menggantikan shalatmu setelah mati? Siapa yang berpuasa untukmu setelah mati? Siapa yang memohon ridha Allah untukmu setelah mati? Wahai manusia! Tidakkah kamu menangis dan meratapi diri sendiri dalam sisa hidup kamu? Siapa yang dicari maut, kuburan jadi rumahnya, tanah jadi kasurnya dan ulat jadi teman dekatnya, lalu setelah itu ia akan menunggu lagi hari kecemasan yang paling besar; bagaimana kondisi orang yang seperti ini nanti.?” Beliau (Yazid) pun kemudian menangis.

§Ad-Daqqaq rahimahullah berkata, “Siapa yang banyak mengingat kematian, maka ia akan dimuliakan dengan tiga hal: Segera bertaubat; Mendapatkan kepuasan hati; dan bersemangat dalam beribadah. Dan siapa yang lupa akan kematian, maka ia akan disiksa dengan tiga hal: Menunda untuk bertaubat; Tidak merasa cukup dengan yang ada dan malas beribadah.”

§Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kematian ini telah merusak kenikmatan yang dirasakan para penikmatnya. Karena itu, carilah kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya.”


Faktor-Faktor Pendorong Mengingat Kematian

  1. Ziarah kubur. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berziarah kuburlah kamu, sebab ia dapat mengingatkanmu akan akhirat.” (HR. Ahmad dan Abu Daud, dishahihkan Syaikh Al-Albani)
  2. Melihat mayat ketika dimandikan.
  3. Menyaksikan orang-orang yang tengah sekarat dan menalqinkan mereka dengan kalimat syahadat.
  4. Mengiringi jenazah, shalat atasnya serta menghadiri penguburannya.
  5. Membaca Al-Qur'an, terutama ayat-ayat yang mengingatkan akan kematian dan sakratul maut seperti ayat 19 surat Qaaf.
  6. Uban dan Penyakit. Kedua hal ini merupakan utusan malaikat maut kepada para hamba.
  7. Fenomena alam yang dijadikan Allah ubhanahu wata’ala untuk mengingatkan para hamba akan kematian seperti gempa, gunung meletus, banjir, badai dan sebagainya.
  8. Membaca berita-berita tentang umat-umat masa lalu yang telah dibinasakan oleh maut.


Semoga Allah subhanahu wata’ala menutup akhir hayat kita dengan Husnul Khatimah dan menerima semua amal shalih kita, Amin. Kiranya yg sedikit ini dapat menjadikan Landasan kita utk melangkah 1 langkah lebih baik dr yg sekarang ini !... “

Syukron jazakalloh kepada akhi Ari atas taujihnya… semoga kita bias mengambil hikmah dr apa yg beliau sampaikan…

Acara selanjutnya yakni materi inti yang disampaikan oleh DR. Ing Khafid. Bahasan pd malam ini yakni tentang Hukum Berpartisipasi dalam Pemerintahan Non Islam… contohnya status kita yg bekerja mjd PNS di Indonesia… Boleh nggak kita jd PNS…? Bolehlah… Selengkapnya, ikuti aja yach

“ …

Persepsi Historis Sampainya Islam Ke Pemerintahan

Allah telah memilih jazirah Arab sebagai tempat kelahiran risalah, ”Allah lebih mengetahui dimana Allah menjadikan risalah-Nya” (Al-An’am:124)

Orang yang merenungkan pemilihan ini, akan menangkap salah satu sisi yang terdalam dari hikmah ilahiyah, bahwa waktu itu jazirah Arab waktu itu tidak berada dibawah hegemoni salah satu dari dua negara besar, Persia dan Romawi. Walaupun sangat dekat dengan perbatasanya. Betapapun Dakwah Islam dimulai dimakkah yang jauh dari kekuasaan negara besar, namun ia terkepung di Makkah, karena Quraisy memiliki kekuasaan yang dominan atas um al-qura (induk negeri-negeri, yakni makkah). Quraisy memandang Dakwah yang disebarkan oleh Nabi Muhammad dan kaum muslimin lainya dapat mengancam kepentingan dan pengaruhnya , sehingga mendorong Rasulullah saw mencari basis yang aman untuk dakwah islam sebagai titik tolak terciptanya daulah islam. Karena alasan itulah, beliau memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Habasyah dan Beliau sendiri berangkat ke Thaif.

Kemudian Rasulullah saw mendapatkan apa yang dirindukanya di Madinah setelah bai’at pertama dan kedua. Secara Politis di Madinah tidak ada kekuasaan sentral yang kuat yang memiliki satu sikap tunggal terhadap tegaknya daulah Islam. Tidak seperti di Makkah, dimana kafir Quraisy memiliki satu sikap tunggal untuk memerangi dakwah islam. Di Madinah ada tiga kekuatan kabilah yang hampir seimbang, yaitu kabilah Aus, Kazraj dan Yahudi. Selanjutnya setelah mendirikan masjid dan mempersaudarakan antara kaum anshar dan muhajirin, Rasulullah saw meletakkan undang-undang pemerintahan awal walapun belum utuh, yang biasa kita kenal dengan Piagam Madinah, ahli sejarah menamakanya dengan ”Shahifa”. Itulah persepsi historis (shurah tarikhiyah) sampainya islam kepanggung kekuasaan / pemerintahan. Pemerintahan itu terus berlanjut-baik dalam kondisi ideal maupun yang tidak ideal-hingga adanya konspirasi besar internasional terhadap islam dengan meruntuhkan kekhilafahan dan mencabik-cabik bangsanya, membangun eksistensi kedaerahan, negara-negara kecil dan aliran pemikiran.

Dalil-Dalil yang Membolehkan Masuk Kedalam Pemerintahan

Harus kita akui bahwa dakwah ini tidak hanya untuk rakyat kecil saja tetapi ia juga harus masuk keseluruh sendi kehidupan dan elemen masyarakat termasuk berdakwah kedalam struktur pemerintahan (baik menjadi staff honorer, gubernur, camat, perangkat desa, dinas-dinas terkait, PNS, Anggota Parlemen, kepala negara, menteri dan pejabat kenegaraan yang lain) baik masuk kedalam sistem maupun ketika berada diluar sistem. Kita ketahui bersama bahwa dakwah itu sebuah kewajiban. Kebaikan itu harus disebarkan kemanapun dan dimanapun ada kehidupan.

1. Keterlibatan Nabi Yusuf a.s Dalam Pemerintahan Jahiliyah

Dalam Al-Qur’an Allah AWT Menjelaskan dalam Satu Surat Khusus tentang kisah nabi Yusuf a.s, dari bayi hingga terlibat dalam pemerintahan jahiliyah untuk kita ambil teladan dan pelajaran ketika saat ini kaum muslimin berhadapan dengan sistem kufur.

Tidak ada keraguan bahwa masyarakat ditempat nabi Yusuf a.s hidup adalah masyarakat jahiliyah yang tidak mengenal islam dan tidak tunduk kepada syariat. Akidah syiriklah yang dominan didalamnya termasuk penguasa kala itu. Dalam tafsir Ibnu katsir dijelaskan bahwa kebanyakan mereka adalah musrik. Hal tersebut tampak jelas perkataan antara nabi Yusuf dan kedua temanya dipenjara. Kisah tersebut diabadikan Oleh Allah Swt dalam Al-Qur’an.”Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya nama-nama yang dinamai oleh nenek moyangmu. Allah tidak menurunkan suatu Hujah pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus. Namun kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Q.S. Yusuf: 39-40).

Itulah akidah masyarakatnya, sebagaimana tampak dari perkataan Yusuf a.s, yaitu masyarakat musryik yang tidak bertauhid dan tidak mengenal islam dan ajaranya sedikitpun. Adalah wajar bahwa kerusakan ahlak terjadi dimana-mana, dimana termasuk Zulaikha (permaisuri raja) merayu nabi Yusuf untuk berzina, akan tetapi ajakan tersebut ditolak oleh nabi Yusuf a.s. Untuk itu istri sang raja meminta kepada Al-Azis suaminya untuk memenjarakan Nabi Yusuf a.s. seperti tertulis dalam Al-Qur’an.”Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakanya sampai sesuatu waktu” (Q.S Yusuf: 35)

Nabi Yusuf a.s masuk kedalam penjara dalam keadaan terzalimi setelah mereka melihat bukti-bukti yang menyatakan bahwa Yusuf a.s yang benar. Tetapi apa saja dapat terjadi dalam masyarakat jahiliyah dan Ayat ini mmbantah ucapan orang yang berpendapat bahwa ”Fir’aunya (penguasanya) Yusuf a.s adalah orang yang adil”. Nabi Yusuf a.s tetap dalam penjara sampai Allah Swt menyiapkan skenario baginya untuk keluar, sebagaiman kisah yang sudah kita ketahui bersama. Raja kagum terhadap hasil takwil mimpinya yang sangat brilian. Ia meyakini kebersihannya dan mengundangnya untuk dipilih menjadi orang terdekatnya. Ia memberitahukan kepadanya bahwa Yusuf menjadi orang yang berkedudukan tingggi dan terpercaya. ”Ia berkata kepada Raja: Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan” (Q.S Yusuf: 55)

Permintaanya diterima, dan Yusuf mengemban tugas kementrian yang dipikulkan kepadanya. Dengan begitu, Yusuf a.s terlibat dalam suatu pemerintahan yang tidak berdiri diatas landasan Islam. Aturan pemerintahan yang ada kala itu tidak bisa berjalan diatas ajaran para nabi, Yusuf a.s tidak dapat melakukan semua apa yang dikehendakinya yang ia ketahui dari ajaran Allah swt, karena para pejabat kerajaan yang lain dan masyarakatnya tidak memberikan respon kepadanya. Bahkan masyarakat jahiliyah itu tetap dalam kemusyrikan dan keraguan terhadap dakwah nabi Yusuf a.s.”Dan sesungguhnya telah datang yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangn, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, sehingga ketika dia meninggal, kamu berkata; Allah tidak akan mengirim seorang (rasul-pun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu” (Q.S: Al-Mukmin: 34)

Kalimat ” tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu” menunjukan sikap yang terus menerus. Ayat ini menolak ucapan orang yang berpendapat bahwa Yusuf a.s mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat islam setelah ia terlibat dalam pemerintahan dan urusan diserahkan kepadanya.Hanya saja Ia melakukan sesuatu yang dianggap adil dan baik sebisa mungkin. Ia dengan kekuasaanya dapat memuliakan orang-orang beriman dari keluarganya, hal yang tidak mungkin bisa diperoleh tanpa terlibat dalam pemerintahan/kekuasaan. Menurut Ibnu Taimiyah dalam kitab Al-fatawa (56/57) Ini semua masuk dalam firman Allah swt,”Bertakwalah kepada Allah sesuai batas kesanggupanmu” (At-Taghabun:16)

Perkataan Ibnu Taimiyah ini, menolak pendapat orang yang mengatakan bahwa Yusuf a.s diberi kekuasaan dalam segala hal dan dapat bertindak di Mesir seperti apa dikehendakinya. Bahkan menenolak pendapat orang yang mengatakan bahwa Yusuf diberi kekuasaan dalam seluruh urusan kekayaan dan ekonomi, karena ia tidak menyentuh urusan kekayaan yang dibelanjakan untuk raja secara khusus untuk para pengawal, keluarga, tentara, dan rakyatnya yang tidak berjalan diatas aturan nabi dan keadilan para nabi.Atas dasar ini juga, Cukup kuat Ath-Thabari tentang firman Allah swt,”dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada yusuf dinegeri Mesir;(dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu” (Q.S Yusuf: 56)

Bahwa ayat ”(dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu” mengandung pengertian bahwa Yusuf a.s bebas bertempat tinggal dimana saja dibumi mesir dan bukan pada konteks kekuasaan. Dalam tafsir Ibnu Katsir dan tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an Sayyid Qutub dijelaskan maksud ayat diatas adalah Yusuf a.s dapat membuat tempat tinggal dimanapun yang ia kehendaki setelah sebelumnya tinggal didalam tempat yang sempit, penjara dan tawanan dan kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.

Atas dasar itulah, jelas bagi kita semua tentang bolehnya terlibat dalam pemerintahan islam untuk berdakwah dan menegakkan syariat islam melalui sistem yang tidak islami melalui Q.S Yusuf dan surat-surat yang terkait. Walaupun pihak yang terlibat belum dapat mengubah keadaan secara keseluruhan.

2. Kisah Raja Najasiy

Sikap Najasyi, Raja Habasyah. Lengkapnya Najasyi Ashhamah. Kisah ini mengajarkan kepada kita. Pertama, bahwa raja Najasyi adalah Muslim dan kedua, Najasyi menjalankan kerajaannya dengan selain syariat Allah Swt, karena dikhawatirkan ada pembangkangan dari rakyatnya.

Banyak hadist dan kitab yang menjelaskan tentang keislaman Raja Najasyi, diantaranya:

1. Dari Jabir bin Abdillah Al-Anhari r.a, ia berkata bahwa nabi Humammad saw bersabda ketika Najasyi wafat: ”Hari ini seorang lelaki Shaleh telah wafat. Shalatkanlah saudara kalian Ashhamah” (H.R. Bukhori).

2. Dalam riwayat lain yang ditulis Bukhori dari Abu Hurairoh dalam kitab Al-janaiz, ”Rasulullah saw. Menyampaikan berita kematian Najasyi pada hari kematianya. Beli umengajak para sahabat keluar ketempat shalat, mengatur shaf mereka dan meyalatkanya dengan empat kali takbir”.

3. Surat Najasyi kepada Rasulullah yang didalamnya ia menyatakan keislaman dan kesiapan untuk datang kepada beliau jika diperintahkan. Teks surat ini dikemukakan oleh Muhammad Humaidillah dalam kitabnya Al-watsaiq As-Siyasah li Al-Ahd An-Nabawiy halaman 72, ia merujukanya ke Ath-Thabari dalam tarikhnya halaman 1569, Ibnu katsir 3/84, Zad Al-ma’ad 3/60, Az-Zail’i 10/2, Imta’ Al-Asma’ (khotbah 1027).

Bismillahirahmanirahim,

Kepada Muhammad, Rasulullah.

Dari Najasyi Al-Ashham bin Abjur.

Keselamatan untukmu wahai nabi Allah, rahmat dan berkah dari Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, Dzat yang membimbingku kepada islam. Amma ba’du. Suratmu telah sampai kepadaku wahai Rasulullah, yang menyebutkan persoalan nabi Isa. Demi Tuhan penguasa langit dan bumi, sesunggguhnya nabi Isa tidak lebih dari apa yang engkau katakan. Kami telah mengenal ajaran yang engkau diutus kepada kami. Kami telah memuliakan anak pamanmu dan sahabat-sahabatnya sebagai tamu kami. Aku bersaksi sesungguhnya engkau adalah utusan Allah yang benar dan dibenarkan. Aku telah berbai’at kepadamu dan berbai’at dengan anak pamanmu dan sahabat-sahabatnya. Aku berislam dihadapanya kepada Allah rab al ’alamin. Aku kirimkan kepadamu Anakku Ariha bin Al-Ashham karena aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri. Jika engkau menghendaki aku datang maka aku akan datang memenuhinya, wahai rasulullah, karena sesungguhnya aku bersaksi bahwa apa yang engkau katakan itu benar.

Wassalamu’alaika, wahai rasulullah.

Disana juga dituliskan surat kedua setelah Rasulullah hijrah ke madinah, yang dikirimkan bersama sahabat yang kembali dari Habasyah ke Madinah. Kisah dan Hadist tersebut membantah orang yang mengatakan bahwa Rasulullah baru mengetahui keislaman raja Najasyi setelah kematianya, sehingga tidak mewajibkanya untuk menjalankan syariat islam yang sudah turun kala itu.

Adapun bahwa Najasyi tidak memimpin dengan syariat Allah, hal tersebut dijelaskan dalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah, Ibnu Katsir 3/73. Dalam suratnya kepada Rasulullah saw, ia mengatakan ” sesunggguhnya saya tidak menguasai selain kecuali diriku sendiri”. Dan ketika Najasyi mengakui kebenaran ynag dibawa Rasulullah saw. Disuatu majelis ketika ia mengakui bahwa apa yang dibawa rasulullah itu benar dan mengatakan ” Isa bin Maryam tidak lebih daripada yang engkau katakan-pembicaraan diarahkan kepada ja’far- sebagaimana sepotong kayu kecil ini,” maka para patriakhnya bergemuruh. Ada lelaki yang ingin memberontaknya karena ingin merebut kerajaanya, tidak diragukan lagi bahwa ia beralasan Najasyi telah menganut Islam dan meninggalkan agama nenek moyangnya. Najasyi jujur dalam imanya. Ia telah menggunakan kekuasaanya untuk melindungi kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah dan menyiapkan beberapa perahu untuk mereka, serta membiarkan kaum muslimin menyebarkan dakwah islam, hal ini terbukti dengan adanya delegasi sebanyak 60 orang dari rakyat Habasyah yang datang kepada Rasulullah diMadinah. Akan tetapi tetap banyak yang masih dalam kenasranianya, yang kemudian memberontak terhadap raja Najasyi setelah mengetahui keislamanya, hanya Allah saja yang tetap mengukuhkan kerajaanya.

Dari Q.S Yusuf dan kisah Najasyi dapat diambil kesimpulan bahwa para aktivis islam yang terlibat dalam pemerintahan memiliki landasan kuat untuk masuk dalam pemerintahan dan berusaha untuk memperbaiki sistem yang tidak islami tersebut, seperti Demokrasi. Belum lagi argumen lain dalam hal dalil Maslahat dalam keterlibatan dipemerintahan walaupun belum sempurna (akan dibahas ditulisan kedepan).

Ibnu Taimiyah mengatakan, ”Syariat datang mewujudkan maslahat dan menyempurnakannya serta menghilangkan mafsadat dan meringankanya” (Qawa’id Al-Ahkam, 1/11)

Muridnya –Ibnul Qayim-mengatakan, ”Syari’at itu, bangunan hukumnya adalah kemaslahatan manusia didunia dan akhirat. Syari’at itu adil semuanya, kasih sayang semuanya dan mashlahat semuanya” (At-Thuruq Al-Hukmiyah, h.78).

Alasan beberapa orang yang berpendapat bahwa terlibat dalam pemerintahan yang tidak islami adalah haram dengan dalih ayat.“Barang siapa yang tidak berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang kafir” (Al-Maidah: 44)

Perlu diketahui, ayat-ayat sejenis ini menurut tafsir Ibnu Katsir, memang turun kepada Bani Israil (yahudi), namun ketentuannya berlaku secara umum termasuk umat Islam, dan tidak menerangkan tentang dilarangnya kaum muslimin berdakwah dan terlibat dipemerintahan seperti yang telah diterangkan diatas. Akan tetapi Q.S Yusuf menjelaskan hampir satu Surah tersendiri dalam Al-Qura’an yang memberikan pelajaran khusus kepada kita untuk berdakwah dan membolehkan berpartisipasi dalam pemerintahan yang tidak islami. Menurut yang penulis ketahui QATH’IYYUD-DILALAH : Nash yang dapat difahami maknanya & tidak menerima adanya perbedaan penafsiran (tidak menerima ta’wil), selain itu dalam pengambilan hukum dalil yang bersifat khusus lebih didahulukan daripada dalil yang bersifat umum. Saran Kritik kepada penulis dapat dialamatkan ke e-mail; arie_abdillah@myquran.org. Tampaknya kita semua harus terus belajar untuk mencari kebenaran, tetapi penulispun tidak akan memaksa pembaca dan memvonis bahwa selain pendapat penulis adalah salah. Kebaikan akan menjadi milik siapa saja yang berusaha untuk mencarinya………………

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab…

Sumber : Yuari Trantono.. (Surga Tarbawi)

Oke, tengkyu Tadz…

Begitulah rangkaian acara demi acara dilalui dengan penuh cinta…. Ayat-ayat Cinta senantiasa menggelora dalam jiwa-jiwa kami…

Sebelum acara ditutup maka ditentukan dulu petugas dan tempat liqo’ pekan depan.

Insya Allah utk tempat.. pekan depan masih di Wisma Asri Pandawa Lima Pabuaran.

Petugas…Moderator : Akhi Erfan

Pembaca Kitab Hadits : Akhi Iwan Erik

Kultum : Akhi Bisma

1 comment:

Abdullah Cilebok said...

Partisipasi dan amal jariyah dalam perluasan dan pembangunan masjidil
haram dan masjid Nabawi

1. Niat Ibadah ( dari Allah,Karena Allah dan untuk Allah)
2. Membawa beberapa batu kerikil kecil yang Haq dari tanah air
3. Point no 2 dapat dibawa sendiri/ dititipkan kepada Jamaah yang akan
berangkat Umroh dan Haji
4. Batu kerikil diletakkan diarea yg sedang dibangun/di Cor semen
5. Atau dititipkan kepada pekerja pembangunan agar diletakkan ditempat
tersebut
6. Mudah-mudahan Allah Ridho dengan apa yang kita kerjakan

* Umumnya waqaf qur'an
* Tidak ada kotak amal di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
* Mungkin Batu kerikil tidak berarti untuk sebagian orang,akan tetapi
jika diletakkan di kedua Masjid tersebut,paling tidak batu kerikil ini
akan menjadi bagian terkecil dari bangunan tersebut.
* Moment Perluasan dan Pembangunan Masjidil haram dan Masjid Nabawi